5. Keluarbiasaan (Unusualness). Sesuatu yang unik, aneh, dan tidak biasa (unusualness) tentu akan lebih menarik banyak perhatian dibanding hal yang umum terjadi. Misalnya berita tentang sebuah pohon pisang yang memiliki dua jantung pisang.
6. Ketokohan. Berita mengenai seorang tokoh/figur publik seperti artis, kepala negara/daerah, ilmuwan, atau seseorang yang dianggap sebagai pahlawan merupakan berita yang bernilai. Semakin terkenal sesorang maka beritanya akan semakin bernilai.
7. Kemanusiaan. Berita mengenai kemanusiaan selalu menimbulkan ketertarikan masyarakat (human interest). Berita dengan nilai kemanusiaan mampu menyentuh perasaan pembacanya. Nilai kemanusiaan biasanya terletak pada perbedaan dari seorang individu atau kelompok individu dibandingkan masyarakat umum.
8. Kejutan. Peristiwa yang mengejutkan atau tidak disangka – sangka (suprising) merupakan sebuah berita yang bernilai.
9. Konflik. Konflik selalu terjadi dalam kehidupan manusia dan akan selalu mengundang ketertarikan manusia. Semakin besar konflik yang terjadi maka akan semakin bernilai berita.
10. Novelty (kebaruan). Masyarakat menyukai hal-hal yang terbaru. Sebagai contoh berita tentang presiden yang baru dilantik, walikota yang baru diangkat, artis yang baru melahirkan, peluncuran aplikasi baru, semua itu merupakan peristiwa bernilai berita.
11. Informasi Kuantitatif yang miliki nilai substantif. Informasi dalam berita sangat penting, berita harus memberikan informasi yang jelas dan dapat dipercaya bagi pembacanya. Informasi dapat menghilangkan ketidakpastian yang terjadi di masyarakat. Data statistik tentang kinerja institusi yang harus/boleh dipublikasikan dapat menjadi substansinya.
Setelah kita menentukan nilai berita, proses selanjutnya adalah pencarian informasi. Kita bisa melakukannya melalui wawancara, observasi, atau melihat tinjauan pustaka/dokumentasi. Dalam proses ini, perlu dilakukan pencatatan hal-hal penting berkenaan dengan berita yang akan ditulis.
Suatu berita dapat dikatakan baik jika dapat menjawab unsur-unsur yang terdapat dalam 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, How) serta mengikuti kaidah P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran) yang dibuat pemerintah.
Selain itu, kita harus memahami struktur penulisan berita. Pada umumnya, struktur penulisan berita (hard news) menggunakan piramida terbalik. Struktur ini mengisyaratkan kita untuk meletakkan isi terpenting di bagian paling awal tulisan (leads). Bagaimana kita membuat leads akan menentukan pembaca menyelesaikan membaca tulisan kita atau tidak. (HP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H