Mohon tunggu...
PRADIPTHA HULANDA SAPUTRA
PRADIPTHA HULANDA SAPUTRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - PSKM FK ULM

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batimung: Spa & Pengobatan Tradisional dari Kalimantan Selatan

17 November 2021   17:21 Diperbarui: 18 November 2021   08:09 2146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : wowkeren.com

Asti Aulia Etisia/2010192220019
Lailatul Qumariah/2010912220030
Naima Nabila/2010912220040
Pradiptha Hulanda Saputra/2010912210036


Banyaknya kebudayaan nasional yang ada di Indonesia, harus dijaga dan dilestarikan, bukan saja oleh pemerintah melainkan juga oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu tradisi ini yang masih kuat dipertahankan oleh masyarakat adalah tradisi perkawinan masyarakat. Adapun tradisi dalam perkawinan adat Banjar yang cukup panjang seperti dimulai dari basusuluh, batadang, bepapayuan (penentuan mahar), maantar patalian, maantar jujuran (baantaran), bakakadaan, gotong royong mencari kayu gasan baaruhan dan maulah sarubung, batimung, mandi-mandi, batapung tawar dan batamat Al-Quran. Asal usul batimung merupakan nilai-nilai kearifan lokal dalam hikayat Lembu Mangkurat yang menceritakan tentang kebutuhan akan air tergambar dalam sebuah tradisi yang dilakukan oleh kerajaan sebelum seseorang diangkat menjadi Raja. Dia haruslah dibawa ke mahligai padudusan. Di sana calon raja dimandikan tentunya dengan air khusus dan disertai doa-doa tertentu. Ritual seperti ini tidak lain adalah tradisi batimung dalam masyarakat Banjar. Dengan segala upacaranya, raja baru itupun diletakan mahkota di kepalanya (1, 2).

Dalam tradisi sekarang, menjelang upacara perkawinan 'batimung' masih sering dilakukan oleh kedua calon mempelai. Perawatan ala sauna tradisional yang bersumber dari tradisi di kerajaan Negaradipa ini, diwarisi sebagai kearifan lokal masyarakat Kalimantan Selatan. Terinspirasi dari kecantikan putri Junjung Buih, batimung biasanya digunakan sebagai pengobatan, perawatan calon pengantin, serta wanita dewasa dan remaja putri, untuk memelihara kebugaran dan menghilangkan bau keringat. Perawatan ini menggunakan ramuan yang terdiri dari rempah khas Indonesia yaitu Pulasari, akar wangi, temulawak, pucuk ganti, ginseng, mesoyi, jeruk purut, buah adas, temugiring, biji klabat, cengkeh, kayu manis, bunga sisir, kapulaga jawa dan lada. Batimung mengandung filosofi kebersamaan. Dahulu kala sebelum seseorang menikah, banyak orang akan sibuk mempersiapkannya, ada yang mempersiapkan daun pandan, bunga melati, serta berbagai rempah-rempah yang digunakan dalam acara batimung. Serta yang paling penting adalah adanya satu baskom air yang dipanaskan (2).

sumber : weddingku.com
sumber : weddingku.com

Batimung adalah perawatan tubuh yang merupakan bagian dari adat masyarakat Kalimantan. Batimung atau mandi uap adalah metode sebagai penyegar atau untuk merelaksasi otot yang dilaksanakan pada ruangan khusus dimana sisi ruangannya mengeluarkan uap panas yang beroperasi antara suhu 43°C dan 46°C, namun batimung dilaksanakan dengan cara yang lebih tradisional. Sesuai dengan definisi solus per aqua (SPA) merupakan perawatan kesehatan yang menggunakan sarana air. Perawatan ini menggunakan rendaman air, air mengalir, pancuran disertai ramuan-ramuan atau memanfaatkan sumber air panas yang mengandung mineral tertentu dan memberi dampak memelihara, meningkatkan ataupun memulihkan kesehatan (3).

Batimung dilakukan oleh calon penganten untuk membersihkan atau mensucikan diri dari kotoran yang terdapat pada badan. Adapun tata cara batimung yaitu mula-mula disediakan air mendidih yang dimasukan dalam panci, calon pengantin dipersilahkan duduk dihadapan wadah dan kemudian ditutup mengeliling menggunakan tikar. Uapan air mendidih itu membuat berkeringat yang dipercaya dapat mensucikan diri seseorang. Biasanya mandi ini dilaksanakan dalam sebuah pagar mayang, suatu bangunan persegi empat berukuran sekitar 1,5 kali 2 m. Pagar mayang dibangun di depan atau di belakang rumah yang tidak berdinding dan tidak beratap. Tiangnya terbuat dari batang tebu agar tegak ditancapkan pada batang pisang, jika perlu diperkuat dengan kayu atau bambu. Pada tiang-tiang tersebut diikatkan benang lawai yang dicelupkan dengan warna kuning. Pada lawai ini digantungkan berbagai hiasan, antara lain berbagai jenis penganan termasuk pisang yang merupakan sajian untuk mandi, dan juga digantung juga mayang pinang, karena itu dinamakan pagar mayang. Mandi uap ini dilakukan beberapa kali sampai cukup (4, 5).

Batimung adalah mandi uap tradisional asal Banjar yang mengutamakan metabolisme tubuh. Pijatan yang digunakan pada perawatan ini bermanfaat untuk membuang kotoran melalui keringat, menjaga metabolisme, dan juga relaksasi otot. Uap ramuan yang digunakan untuk batimung mengandung minyak astiri yang masuk ke dalam tubuh dan membantu menyembuhkan penyakit serta dipercaya dapat membakar lemak dan dapat mencerahkan wajah. Batimung sering digunakan sebelum acara pernikahan atau perkawinan tujuannya adalah mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya agar pada saat acara perkawinan tidak keluar keringat. Batimung membuat badan menjadi harum (wangi). Bahan yang digunakan bahan tradisional. Batimung biasanya dilakukan beberapa kali sampai keringat di badan terkuras habis (6, 7).

Praktek batimung ini tidak jauh berbeda dari sauna, hanya saja yang menjadi ciri khas batimung adalah bahan-bahan yang digunakannya yakni berupa aneka rempah-rempah khas Kalimantan dan sulit dicari di daerah lain, hal ini menjadikan batimung memiliki keunikan tersendiri dari sauna biasa. Walaupun bahan dan perlengkapan yang digunakan dalam batimung lebih sederhana dari sauna, namun manfaat batimung tidak kalah dari sauna. Manfaat dari batimung dipercaya mampu mengharumkan tubuh, mempelancar peredaran darah, memperbaiki metabolisme tubuh serta mengurangi stres (3).

Karena praktek batimung ini tidak jauh berbeda dengan sauna dan spa, maka akan menimbulkan efek samping jika dilakukan secara berlebihan. Efek yang dihasilkan juga tidak jauh berbeda seperti sauna dan spa seperti dehidrasi yang kemudian bisa menyebabkan pusing dan sakit kepala, suhu tubuh meningkat, serta dapat menyebabkan tekanan darah menurun. Efek samping yang paling sering terjadi adalah dehidrasi, terlalu lama batimung dapat meningkatkan risiko dehidrasi akibat tubuh kehilangan banyak cairan karena berkeringat deras. Efek samping lainnya yaitu suhu tubuh meningkat, berkeringat memang merupakan cara alami untuk mendinginkan tubuh. Namun dalam lingkungan bersuhu panas ekstrem seperti pada saat batimung, sistem pendinginan tubuh ini bisa tidak bekerja optimal sehingga suhu inti tubuh anda mungkin akan melonjak naik ke tingkat yang berbahaya. Kenaikan suhu tubuh secara drastis ternyata juga memengaruhi kerja jantung dan pembuluh darah anda. Suhu tubuh yang tinggi menyebabkan denyut jantung meningkat sehingga pembuluh darah jantung melebar, dan akhirnya menurunkan tekanan darah (3, 8).

Sistem medis baik tradisional maupun modern adalah rangkaian proses panjang strategi adaptasi manusia dalam lingkungan budayanya. Secara alamiah manusia mengembangkan kemampuan biologisnya untuk bisa terus mempertahankan spesiesnya dan secara sosial budaya mengembangkan berbagai strategi adaptasi yang melahirkan sistem-sistem medis, tingkah laku dan bentuk-bentuk kepercayaan yang berlandaskan budaya sebagai respon alamiah terhadap ancaman sakit dan penyakit, meskipun hasil dari tingkah laku khusus tersebut belum tentu kesehatan yang baik. Batimung yang dikenal selama ini adalah batimung untuk sebuah rangkaian dalam tradisi pernikahan pada masyarakat Banjar. Di samping untuk persyaratan sakral dalam melaksanakan perkawinan juga karena alasan bahwa kedua mempelai tidak banyak mengeluarkan keringat yang menyebabkan aroma tubuh kurang merasa nyaman ketika bersanding di pelaminan. Saat ini batimung tradisi sudah dikembangkan sebagai salah satu usaha untuk menjaga kesehatan, dimana untuk prosesnya dapat dilakukan sendiri tanpa perlu bantuan dari orang lain. Batimung pengobatan merupakan tradisi pengobatan tradisional yang bertujuan untuk menyembuhkan jenis-jenis penyakit tertentu, baik itu proses batimung yang dilakukan oleh masyarakat Banjar maupun yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Meratus. Jenis penyakit yang diobati, bagi masyarakat Banjar hanya bisa untuk mengobati wisa saja tetapi bagi masyarakat dayak selain sakit wisa juga dapat mengobati sakit akibat kena sangga, sakit tulang dan tipus. Pengobatan dengan cara batimung merupakan salah satu usaha yang efektif, efisien dan hemat biaya dalam proses mengobati penyakit akibat kena wisa dan sangga tersebut. Tradisi batimung ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun dari nenek moyang hingga berlanjut sampai sekarang (9).

Referensi :

  1. Choiriyah N, Ahmad AF, dan Nurul H. Nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi perkawinan masyarakat Banjar Kota Palangka Raya. Jurnal Hadratul Madaniyah 2017; 6(1): 53-57.
  2. Wilantara IMD. Unsur air dan karakter feminin dalam hikayat Lembu Mangkurat. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2019; 2: 132-142.
  3. Adiesia KP, dkk. Filosofi dan manfaat batimung dan aromaterapi untuk mengurangi stres. Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman 2016; 5(1): 1-18.
  4. Noriani, Abubakar dan Muhammad I. Akulturasi islam dalam perkawinan adat dayak ngaju: sejarah masyarakat muslim di Desa Petak Bahandang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 2019; 15(2): 107-117.
  5. Suriansyah E. Perkawinan adat banjar dalam persfektif struktural mitos levi-strauss. eL-Mashlahah Journal 2019; 9(1): 87-100.
  6. Asfar AM, dkk. Tellu Sulapa Eppa: bedda lotong etno-spa ala suku bugis-Makassar: Media Sains Indonesia; 2021.
  7. Najamudin M. Pendekatan semiotik dalam analisis legal “kambang goyang” karya h. anang ardiansyah. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah 2018; 3(2): 497-499.
  8. Hussain JN, Greaves RF, and Cohen MM. A hot topic for health: results of the global sauna survey. Complementary therapies in medicine 2019; 44: 223-234.
  9. Maryadi S dan Saefuddin. Batimung: Pengobatan tradisional di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Yogyakarta: Kepel Press; 2017.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun