Hampir sebulan ini kita benar-benar disuguhkan dengan pemberitaan betapa dahsyatnya dampak dari penyebaran virus korona ini. Setiap hari laporan berapa jumlah pasien yang terinfeksi dan jumlah korban jiwa akan selalu menghiasi di lini masa baik di media massa, media elektronik dan juga media online. Tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini menyebabkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization (WHO) untuk segera menetapkan 2019-nCOV, yang saat ini sudah berganti nama menjadi COVID-2019, sebagai global public health emergency.
Berdasarkan data dari The Guardian, per 13 Februari 2020, terdapat 59.823 kasus yang sudah terkonfirmasi virus korona dan 2.788 diantaranya diklasifikasikan gangguan pernafasan akut dengan total 1.367 korban jiwa di Cina sejauh ini. Selain itu terdapat 159 kasus yang sama di luar Cina, dengan 1 kematian. Negara-negara yang paling terkena dampak diantaranya sebagai berikut Jepang, Korea, Vietnam, Singapore, Australia dan Malaysia.
Maka cukup dipahami bahwa masyarakat saat ini tengah meningkatkan kewaspadaan terkait wabah virus korona ini, tidak terkecuali oleh Pemerintah Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencegah wabah penyakit ini muncul di Indonesia. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan pembatasan impor hewan-hewan yang hidup asal Cina, misalnya kura-kura, ular, dan reptil.Â
Sementara impor produk lain, seperti holtikultura dan bahan pangan masih berjalan seperti biasa namun dengan pengawasan ketat. Namun pertanyaan selanjutnya, apakah strain virus COVID-2019 ini dapat ditularkan melalui bahan pangan dan barang-barang impor lainnya misalnya mainan anak-anak, mobile phone, hingga peralatan elektronik?
Sebenarnya informasi terkait jalur transmisi yang tepat dari virus korona masih sangat terbatas. Belum ada penelitian yang mampu menyatakan jalur transmisi yang utama dari virus ini. Akan tetapi, jalur transmisi yang memiliki kedekatan dengan virus korona ini cukup banyak diketahui. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah salah satu contoh wabah penyakit gangguan pernafasan yang juga disebabkan oleh virus korona.Â
Target utama organ yang diserang oleh virus korona adalah saluran pernafasan dimana jalur utama penyebarannya melalui droplet-droplet yang sudah terinfeksi oleh virus korona. Berdasarkan hasil penelitian dari German Federal Institute for Risk Assessment (BfR) (2020) droplet-droplet ini disebarkan oleh hewan dan manusia melalui udara dan terhirup oleh masyarakat lainnya sehingga menyebabkan wabah. Selain itu virus korona juga dapat ditularkan melalui infeksi luka maupun membrane mucus hidung atau mata.
Terkait kemungkinan penularan virus korona melalui bahan pangan dan barang-barang impor yang sudah terkontaminasi, belum ada satupun laporan kasus yang masuk akibat hal ini maupun infeksi dari permukaan. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat stabilitas virus korona di lingkungan.Â
Hal ini juga selaras dengan pendapat Prof. Fedik dalam artikelnya yang berjudul "2019-nCOV Antara Ada dan Tiada (2020)" yang menyatakan bahwa suhu dan kelembapan relative tinggi dapat menginaktivasi virus korona penyebab SARS. Dengan demikian sebenarnya dapat disimpulkan bahwa kecil kemungkinan bahwa barang-barang dan bahan pangan impor dapat menjadi medium transmisi virus korona ini.
Meskipun memiliki risiko yang rendah, namun seyogyanya kita tetap perlu waspada dan tetap memberlakukan berbagai tindakan preventif untuk mencegah munculnya wabah virus korona di Indonesia.Â
Pemerintah dapat memberikan sosialisasi di masyarakat mengenai good hygiene practice sesuai dengan rekomendasi WHO yakni empat langkah praktis antara lain mencuci tangan secara regular, menutup mulut dan hidung menggunakan masker, memasak bahan pangan hingga matang serta menghindari kontak dengan siapapun yang memiliki gejala gangguan pernafasan, misalnya batuk, flu dan bersin. Disisi lain tentunya kita tidak perlu memiliki kekhawatiran serta ketakutan yang berlebihan untuk menyikapi wabah virus korona ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H