Teman saya bercerita saat dia ditanya oleh seorang turis asing. “Bagaimana bisa ada masjid dan gereja yang berbentuk seperti pura? Kan berbeda agama.” Teman saya menjawab, “Itulah Bali.” Seolah mengerti, bule itu langsung diam dan tidak mendebat atau berkomentar. Masjid berbentuk pura, itu ala Bali.
Saat menunggu pesawat menuju Bali, kita akan menjumpai banyak sekali turis asing. Bisa dipastikan, dibandingkan penerbangan domestik lainnya, penerbangan menuju Bali didominasi turis asing. Kota dengan turis terbanyak di Indonesia, itu ala Bali.
Saya awalnya tidak percaya begitu saja jika ada jokes bahwa Bali lebih terkenal dibanding Indonesia. Tapi saya dengar sendiri turis Jerman mengaku pada guide-nya bahwa dia tadinya hanya tahu Bali tanpa tahu Bali adalah bagian dari Indonesia. Kota yang lebih dikenal dari negaranya, itu juga ala Bali.
Ala Bali. Ala Bali. Ala Bali. Ya, siapa yang memungkiri bahwa di Indonesia, Bali adalah kota yang unik. Walaupun semua kota memang berbeda, tapi imajinasi kita akan langsung berubah drastis jika mendengar kata Bali. Bukan sekedar kota dengan rumah-rumah, toko-toko, jalan raya, dan transportasi. Tapi bangunan Pura di sepanjang jalan, turis asing, sunset, dan aroma dupa lengkap dengan bunganya akan terbayang. Tak beda dengan jika disebut kata Jakarta, maka pasti kita berimajinasi “macet”.
[caption caption="Welcome to Goa Gajah, Explorasi Budaya Ubud"][/caption]
Tidak disangka, tulisan saya tentang Bali beberapa waktu lalu di Kompasiana, ternyata yang membawa saya kembali lagi ke Bali hanya dalam waktu tiga minggu. Awalnya, acara yang bertajuk blogtrip “Explorasi Budaya Ubud” yang disposori oleh Kementrian Pariwisata dan Kompasiana sebagai hadiah dari kompetisi Pesona Budaya ini, menyajiakn drama yang begitu menguras pikiran. Namun, drama itu berakhir bahagia saat saya merebahkan tubuh saya di kamar hotel Courtyard By Marriot di Seminyak.
Hotel berbintang yang letaknya tak jauh dari pantai ini dikelilingi dengan hotel-hotel berbintang lainnya. Kawasan Seminyak berada tak jauh dari Kuta dan Legian yang kita kenal sudah “dijajah” bule. Banyak Bar dan Café disekelilingnya yang buka dari pagi hingga pagi lagi. Restoran mewah, spa and massage, dan tak ketinggalan toko-toko souvenir berderet di sana. Di Courtyard, kita sedikit banyak akan merasakan hidup mewah ala bule yang memanjakan pikiran. Kawasan yang menawarkan gaya hidup yang “bule banget”, ala Bali tentunya.
Unik Menarik
Pagi yang cerah, untuk jiwa yang haus wisata. Di Bali yang mayoritas warganya beragama Hindu, menyajikan jalanan yang tidak membosankan. Dari aroma kotanya yang wangi, hingga bangunannya yang artistik. Dalam agama Hindu dikenal dewa-dewi yang mewakili setiap sendi kehidupan. Salah satunya Dewi Saraswati. Dewi kesenian yang saya yakin memiliki andil besar dalam membangun pulau indah ini.
Suara harmonis gamelan Bali menyambut pengunjung Wisata Goa Gajah, Ubud dari kios-kios penjual souvenir. Berfoto bersama adalah agenda wajib yang biasa disebut foto keluarga. Goa Gajah sejatinya adalah salah satu pura di Bali. Yang membedakan adalah, di sana terdapat lorong goa untuk menaruh sesaji juga. Kolam di pelataran pura memiliki tujuh pancuran yang mewakili tujuh sungai suci di India.
[caption caption="Tujuh Pancuran Suci, Satu Hilang Karena Gempa, Goa Gajah"]