Menjelang tengah hari, perjalanan saya dari Pantai Kuta di sisi selatan Pulau Lombok dilanjutkan. Kali ini tujuan utama saya adalah sebuah pulau kecil di yang letaknya di tengah-tengah Selat Bali. Pulau kecil ini begitu tersohor, dan selalu merupakan jadi agenda wajib bagi yang berkunjung ke Lombok. Gili Trawangan, begitu nama pulau yang bisa dijangkau dari Pelabuhan Bangsal, Lombok. Gili berarti pulau kecil. Gili Trawangan bisa berarti Pulau Trawangan.
Tak hanya Gili Trawangan sebenarnya, masih satu jalur penyebrangan dengannya, ada dua gili lagi yakni Gili Air dan Gili Meno. Saya hanya memilih menuju Gili Trawangan karena ingin merasakan pulau yang kabarnya menjadi salah satu pusat keramaian di Lombok. Terutama kehidupan malamnya yang menuai pro kontra bagi turis lokal di dunia maya lewat artikel-artikel yang ada.
Perjalanan dari ujung selatan hingga ke Pelabuhan Bangsal memakan waktu hampir 4 jam menggunakan sepeda motor. Rutenya melewati Jalan Raya Senggigi yang pemandangan pantai dan tebing-tebingnya menghilangkan kantuk dan bosan selama berkendara. Indah sekali warna gradasi tosca lautya saat dilihat dari jalan raya yang letaknya di atas dan berkelok-kelok.
Tiba pukul 4 sore di Pelabuhan Bangsal, suasana terlihat ramai. Pengeras suara yang berkali-kali memanggil calon penumpang sedikit tak terdengar jelas. Pelabuhan ini melayani penyebrangan ke tiga gili. Fasilitas seperti tempat parkir, penitipan kendaraan, loket, dan ruang tunggu cukup lumayan kondisinya. Kapal penumpang berkapasitas 40 hingga 50 orang inilah yang mengantar 40 menit perjalanan menuju Gili Trawangan.
Tidak perlu takut calo karena harga tiket sudah ditetapkan seharaga 10.000. Tak perlu sibuk tawar menawar. Kecuali jika memilih menggunakan kapal sewaan yang bisa digunakan ke semua gili dalam sekali sewa. Banyak yang menawarkan jasa tersebut di sana. Penyebrangan ke Gili Trawangan adalah yang paling banyak dan ramai. Waktunya pun setiap saat dari pukul 9.00 hingga pukul 18.00. Lewat dari itu, jika ingin tetap menyeberang mau tak mau harus menyewa kapal.
Riuh
Suasana riuh sudah terasa. Pengunjung berlalu-lalang di sepanjang Jalan Pantai Gili Trawangan. Jalan utama yang mengelilingi gili, yang penuh dengan café, bar, mini market, penjual paket wisata berkedok information center, penginapan, toko pakaian, toko buku, rental sepeda, dan restoran. Berderet dan bersaing dengan produk-produk mereka masing-masing.
Wisatawan mancanegara sangat mendominasi di sini. Mereka hilir mudik berjalan keluar masuk toko, bersepeda, atau ber-cidomo. Cidomo adalah kereta kuda yang merupakan transportasi utama untuk menikmati pulau ini selain sepeda. Tak ada mobil. Motor hanya terlihat beberapa dan jarang-jarang. Sedikit polusi udara memang.
Tubuh basah dengan pakaian ketat dan mini hingga bikini tampak banyak di sana. Kebanyakan mereka baru selesai berenang, ber-snorkeling atau ber-diving ria di sekitaran gili. Wisata air yang utama tentu saja adalah dunia bawah laut. Beberapa penginapan bahkan menyediakan kolam renang untuk pengunjungnya melakukan “pemanasan” sebelum menyelam. Wahana Scuba Diving dengan lisensi PADI (Professional Association of Diving Instructors) banyak di sini.