Mohon tunggu...
Pradhany Widityan
Pradhany Widityan Mohon Tunggu... Buruh - Full Time IT Worker

Full Time IT Worker

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kecantikan: Pembawa Kebahagiaan Sekaligus Musibah bagi Perempuan

27 November 2016   18:15 Diperbarui: 27 November 2016   20:57 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah tragis berlanjut saat cerita menuju klimaks. Adegan menjadi riuh. Tegang. Merry mendapat bantuan untuk menjalani operasi wajah dan berubah cantik. Merebut tahta Mawar si pelacur kelas atas. Mawar terhempas ke selokan pelacuran murahan karena ditipu dan mucikarinya diburu polisi. Dramakala terus mencari dan memantapkan kebenciannya pada perempuan-perempuan seperti ibunya. Terus berjalan. Terus dihantui octopus yang menjadi mimpi buruk halusinasinya yang membuat ia beribadah dengan jarum suntik.

Panggung yang tadinya tenang menjadi gaduh. Jeritan, umpatan, kemarahan, dan cacian keempat tokoh dengan ekspresi masing-masing seolah bersautan walaupun masih dalam bentuk monolog. Mereka berinteraksi dalam gerak dan adegan namun tetap tidak dalam kata-kata. Air disemprotkan ngawur, Dramakala ditarik oleh tambang kemudian diinjak di bawah pintu. Jeritan tetap bergema hingga lampu padam. Adegan yang menurut saya menjadi penyempurnaan dan pengukuhan kebencian Dramakala.

Adegan penutup. Dramakala dan si gadis desa yang melahirkan Octopus. (Dok. Pribadi)
Adegan penutup. Dramakala dan si gadis desa yang melahirkan Octopus. (Dok. Pribadi)
Dan kisah tragis berakhir untuk Mawar dan Merry yang mati di tangan Dramakala. Setelah membunuh, sesaat sebelum lampu padam, Dramakala masih sempat membuka celana dan memperkosa mayat Mawar dan Merry. Adegan yang akhirnya mengundang kekagetan penonton yang menjadi cekikikan. Sementara si gadis desa yang tengah hamil tua akhirnya melahirkan. Buah dari sperma 220 lelaki yang berenang menuju rahimnya itu menghasilkan bayi yang berbentuk gurita. Octopus. Tokoh imajiner yang menggambarkan monster kehidupan yang menakutkan.

Pertunjukan yang menghibur sekaligus membuat penonton sering-sering menarik nafas. Saya cukup hanyut dalam cerita-cerita luka perempuan-perempuan yang sebenarnya terjadi di dunia nyata tapi cepat dilupakan atau tak muncul sama sekali. Mereka, perempuan-perempuan itu membawa beban berat pada gendernya. Pada kecantikan yang dimilikinya.

Pertunjukan ditutup dengan nafas lega penonton yang akhirnya keluar dari lubang hitam tragisnya kehidupan perempuan-perempuan korban kecantikan yang menjelma kutukan. Serpihan sisi kelam keindahan sosok bernama perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun