Mohon tunggu...
Pradhany Widityan
Pradhany Widityan Mohon Tunggu... Buruh - Full Time IT Worker

Full Time IT Worker

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bali, Harmoni Manusia dan Dewata

25 Oktober 2015   21:40 Diperbarui: 30 Oktober 2015   17:00 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ah, Bali. Pikiran saya melayang ke sebuah negeri nun jauh di langit sana, dimana para dewata tinggal. Keindahannya, keharumannya, dan kesuciannya terpancar di sepanjang jalanannya yang saya mulai dari Pelabuhan Gilimanuk. Dengan mini bus yang akan membawa saya menuju Denpasar, kemudian berlanjut ke Ubud. Perjalanan yang sepanjang jalannya dihiasi rumah-rumah khas dengan pura kecil di halamannya. Pura besar dengan dominasi warna oranye tampak bergantian muncul tiap beberapa kilometer. Inilah Bali, pulau indah dengan keteguhan budaya sebagai pakaian kebesarannya di dunia pariwisata Indonesia.

Everyday is Holiday in Bali. Ya, bagi para wisatawan tentu saja benar. Tempat wisata tersebar di seluruh penjuru Bali. Dari melihat sunrise di Pantai Sanur, dan dilanjutkan dengan sunset di Pantai Kuta. Dari kekhusyukan ibadah umat Hindu, hingga hingar bingar HardRock Café di Kuta. Dari budaya lokal yang kental, sampai budaya urban yang juga riuh. Semua membaur tanpa saling menghilangkan. Akulturasi begitu terjaga, bak fashion model yang tetap cantik dengan gaun malam atau baju kasual.

[caption caption="Senja di Desa Penglipuran Bali"][/caption]

Apa yang dicari di Bali? Data dari Dinas Pariwisata Bali mencatat 2,4 juta turis asing berkunjung ke Bali sepanjang 2014. Dengan destinasi utama yaitu Tanah Lot, Uluwatu, dan Ulun Danu Beratan. Budaya, mereka dan saya tertarik karena itu. Salah dua yang paling kental di Bali dari tujuh unsur kebudayaan menurut antropolog Koentjaraningrat adalah Sistem Religi dan Kesenian. Kedua hal itu yang menjadikan Bali sebagai Pesona Indonesia.

Pagi. Batara Surya mencerahkan suburnya tanah Dewi Lakshmi. Saya bersepeda menyusuri sawah-sawah hijau di Ubud. Berbincang dengan bapak penjaga pura. Menhirup semerbak wangi dupa dan bunga-bunga sesaji yang menghiasi jalanan. Senyum gadis-gadis yang membawa sesaji di atas kepala berlalu-lalang menuju pura. Berbalut kebaya putih dan kain. Pemandangan yang tak akan ada di daerah lain. Saya sengaja memilih Ubud karena di sanalah kesenian dan ketenangan Bali berpusat.

Sisi Lain

Tentu, saya tidak hanya akan berleha-leha di hotel sambil ngopi dan menonton TV. Tak berbeda dengan turis lain, saya pergi berwisata ke beberapa tempat. Namun, diantara tempat-tempat yang saya kunjungi, tempat ini saya sebut sebagai “sisi lain”. Karena tempat ini jauh dari hiruk-pikuk Bali. Desa Adat Penglipuran.

Rapi dan bersih. Kesan pertama saya ketika masuk ke desa di Kabupaten Bangli ini. Desa ini memberikan atmosfir kerukunan warganya. Keseragaman terlihat dari pekarangan rumahnya yang semua menggunakan gerbang khas Bali yaitu angkul-angkul yang motifnya sama. Disitulah kesimetrisan dan kerapian desa ini menjadi daya tarik wisata.

[caption caption="Pura Utama Desa Panglipuran"]

[/caption]

Saya berbincang dengan beberapa warga yang menawarkan minuman khasnya, loloh cemcem, yang rasanya seperti rujak dalam bentuk cair. Secara agama dan rituanya, Desa Penglipuran tidak berbeda dengan masyrakat Bali pada umumnya yang beragama Hindu. Mereka memberi sesaji di depan rumah, bunga untuk dewa di langit dan ketan atau beras untuk dewa di bawah tanah.

Yang berbeda hanya kehidupan masyarakatnya yang rukun, arif, dan tidak terbawa suasana wisata. Ya, di desa ini tidak seperti tempat lain yang berorientasi pada bisnis wisata. Untuk menyewa kain untuk masuk ke Pura utama saja hanya diminta, tidak diwajibkan, untuk mengisi kotak amal. Sangat berbeda dengan Pura Besakih misalnya, yang baru saja parkir kendaraan sudah dikerubungi penjual bunga dan penyewaan sarung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun