Jalan utama desa ini hanya ada satu dan mengarah ke Pura utama yang letaknya lebih tinggi dari perkampungan. Beruntung sore itu sedang diadakan ibadah ke Pura. Saya dapat menyaksikan gadis-gadis desa memanggul banten menuju Pura. Kekhusyukan ritual di dalam Pura pun dapat saya saksikan.
Ada satu fasafah bali, Tri Hitakarana yang artinya yaitu tiga hal penyebab kebahagiaan. Ketiga hal itu adalah harmonisasi dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan atau alam. Untuk ketiga hal itu, Desa Penglipuran adalah maketnya.
Ketaatan mereka beribadah pada Sang Hyang Widhi dan penghormatan penuh pada leluhur tercermin bahkan dari nama desanya sendiri, Penglipuran, yang artinya Pengeling Pura atau pengenang para leluhur. Kerukunan dan keramahan warganya menghangatkan suasana desa yang dikeliling hutan bambu atau Bamboo Forest ini. Saking menghargainya pada sesama manusia, bahkan di Desa ini ada pengucilan pada suami yang berpoligami. Letaknya di ujung desa. Alam dan lingkungan tempat tinggal adalah sumber kehidupan, mereka menjaga itu semua. Kebersihan desa ini membawa saya merasa sedang tidak berada di Indonesia. Tidak ada sedikitpun sampah terlihat di jalanan desa. Bersih, asri, indah, dan dijamin hasil foto tidak akan terganggu plastik warna-warni yang mengotori pandangan.
[caption caption="Ibadah di Pura"]
Bali. Walaupun banyak yang mengatakan wisata ke Bali buat apa, mending ke Lombok pantainya masih perawan. Bagi yang berpikiran begitu, cobalah datang ke Bali bukan sekedar untuk wisata. Tapi untuk menikmati seni, budaya, dan kearifan masyarakatnya. Maka, Bali akan tetap menghadirkan pengalaman wisata yang tidak ada duanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H