Salam Republik Wayangku Tercinta. Negara ini sudah menjadi tidak subur, segala yan benar menjadi kabur dan hal yang salah seolah mabrur. Hambalang terus memakan korban, proyek Kemenpora ini tak hanya menjadi bancakan para pejabat dan penguasa negeri. Bola panas Hambalang yang ditendang Nazaruddin, otak korupsi Hambalang pun menerpa segala penjuru tak kenal ampun. Fakta saksi persidangan simpang siur, alat bukti semakin kabur dan siapa kambing hitam yang akan dikorbankan telah diatur. Semua nama disebut, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, Wafid Muharram, Mahfud Suroso, Mondo Rosalina Manullang, Yulianis, sampai Kepala Rumah Tangga Istana dikaitkan. Tak jelas siapa yang akan bertanggung jawab, tapi muara siapa dalang korupsi Hambalang mulai terang benderang. Tapi sayang, kebenaran masih belum jelas di gerbang, masih menjadi angan-angan. Tangan-tangan jahat yang merasa tidak diuntungkan oleh keadaan dan semakin terdesak tampaknya mulai turun tangan dengan segala cara untuk menyelamatkan diri termasuk melenyapkan bukti-bukti. Direktur Operasional III PT Wijaya Karya (WIKA) Ikuten Sinulingga jatuh dari jembatan penyeberangan orang (JPO) di Halte Transjakarta Cawang-Sutoyo. Belum bisa dipastikan apakah dia jatuh atau melompat. Polsek Jatinegara masih menyelidiki penyebab Direktur Operasional III PT Wijaya Karya (WIKA) Ikuten Sinulingga di JPO TransJakarta, Jalan DI Pandjaitan, Cawang, Jakarta Timur. Kepolisian belum bisa memastikan bos perusahaan BUMN yang menggarap proyek Hambalang itu jatuh karena terpeleset atau kecelakaan. Korban mengalami luka pada bagian mulut, dahi, dengkul sebelah kanan memar dan patah pada lengan kanan atas.
Lantas apa yang terjadi sebenarnya? Itu lah yang menjadi misteri. Apa Republik yakin ini hanya peristiwa kecelakaan biasa? Suatu kebetulan atau memang ada keterkaitan dengan pengusutan kasus Hambalang? Patut kita cermati. Ada beberapa kejanggalan dalam kecelakaan Ikuten. Pertama, pernyataan Jubir PT Wijaya Karya (Wika) Natal Argawan Pardede yang menyebutkan, bahwa Direktur Operasional III PT Wika Ikuten Sinulingga mengalami kecelakaan terpeleset dari atas jembatan. Menurutnya, tidak ada dugaan sengaja lompat dari atas jembatan penyeberangan di Cawang, Jakarta Timur. Natal juga menolak mengaitkan kecelakaan Ikuten dengan Hambalang. Kejanggalannya, mengapa Natal kekeuh mengatakan Ikuten terpeleset sementara dia tidak sedang berada di lokasi kejadian pada waktu itu? Dan mengapa Natal juga secara responsive langsung mengatakan jika kecelakaan itu tak ada hubungan dengan Hambalang? Dan dalam kapasitas apa Natal mengatakan jika Ikuten tidak terkait dengan Hambalang sementara dalam info BAP di kalangan dalam KPK, Ikuten adalah salah satu(maaf sumber tidak bisa dicantumkan mengingat keselamatan Ybs) saksi penting kasus Hambalang?
Kedua, pernyataan Natal seolah terbantahkan berdasarkan keterangan di TKP dan saksi. Mulyadi Kaharni, Kapolres Jakarta Timur menjelaskan, kecil kemungkinan jika korban jatuh terpeleset dari atas jembatan penyeberangan tersebut. Menurutnya, ada pagar yang terdapat di atas jembatan penyeberangan sehingga menurutnya jika korban terpeleset maka akan tersangkut di pagar. Berdasarkan pantauan, jika Ikuten hanya terpeleset dari jembatan sangat tidak mungkin, pasalnya di sisi kanan dan kiri jembatan dibatasi oleh pegangan besi yang cukup tebal. Tinggi pagar jembatan penyeberangan di halte itu sekitar 1 meter. Rangka untuk keamanan berjarak 20 cm setiap besinya. Sedangkan jarak dari jembatan ke rangka besi terbawah 25 sekitar cm saja. Berdasar pantauan, JPO setinggi sekitar lima meter tersebut memiliki besi pengaman. Sementara anak tangga terakhir JPO berada sekitar empat meter dari ditemukannya korban. Di lokasi kejadian pun, bercak darah korban hanya terlihat di satu tempat. Kurang bukti? Sejumlah pekerja proyek apartemen yang berada di lokasi kejadian meragukan bila korban jatuh karena terpeleset. Sebab, jembatan tersebut memiliki pagar pengaman besi setinggi 1 meter. Selain itu, titik korban terjatuh dengan titik garis lurus di bawah jembatan berjarak lebih 1 meter. Jika terpeleset, lokasi jatuh tidak akan jauh.
Ketiga, jika asumsi terpeleset sudah jelas terbantahkan oleh fakta di TKP, maka asumsi yang tersisa kini tinggal dua, yakni sengaja melompat dan ada yang melempar. Sengaja melompat adalah asumsi paling realistis. Bisa jadi korban tengah mengalami depresi atau tekanan berat sehingga mencoba melakukan upaya bunuh diri. Depresi karena apa? Banyak hal yang pastinya bisa menjadi alasan depresi dari korban, tetapi muncul pula kabar dari keterangan rekan korban pasca diperiksa kepolisian yang menjelaskan jika korban akhir-akhir ini merasa depresi dikarenakan Nazzarudin melaporkan keterlibatan Ikuten dalam proyek Hambalang. Lebih lanjut Rikwanto berujar jika pasti ada pihak-pihak yang melakukan pemaksaan dan penekanan kepada rekannya tersebut. Asumsi yang masuk akal mengingat Ikuten merupakan saksi kunci Hambalang, jika Ikuten lenyap maka bukti keterlibatan tokoh-tokoh yang merasa tidak tenang akibat Hambalang juga akan hilang. Sehingga ada upaya penekanan psikis Ikuten oleh pihak-pihak tersebut.
Terakhir, asumsi jika Ikuten sengaja dilenyapkan. Mengapa Ikuten harus dilenyapkan? Pertama, Ikuten telah disebut oleh Nazzarrudin terlibat di proyek Hambalang. Adalah wacana umum jika seorang Nazzarudin adalah sosok yang masih berkuasa hingga saat ini meskipun dia berada di dalam Sukamiskin. Tengok saja keistimewaannya dalam hal perawatan, keluar-masuk penjara, berkumpul dengan istri, tidak memakai baju tahanan KPK dan bahkan pernah kepergok menjalankan perusahaannya dari dalam penjara. Bagi Nazzarudin, adalah hal mudah untuk menyuruh orang menekan psikis Ikuten agar tunduk dalam kehendaknya dan bisa diatur untuk mengaburkan fakta sekaligus menentukan kambing hitam untuk dipersalahkan. Kedua, Ikuten yang pernah menjabat di PT Indonesia Power dan GM di PT. PLN Sumatera ini merupakan salah satu kunci atas kasus Hambalang yang tahu permainan lingkaran Cikeas/Choel. Sebelum kejadian tersebut ada kabar/info beredar bahwa Ikuten akan membongkar siapa-siapa saja yang terlibat di kasus Hambalang. Sehingga jelas, Ikuten adalah pihak yang bisa jadi adalah kartu mati bagi sebagian orang yang merasa akan dirugikan jika Ikuten bernyanyi di hadapan penyidik KPK, maka harus disingkirkan untuk mengaburkan barang bukti. Well. Republic ini memang kejam dan Hambalang semakin membawa korban. Salam Republic Wayangku Tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H