Tidak lama lagi ummat islam di dunia, termasuk Indonesia akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Ada sejumlah tradisi yang dilakukan masyarakat dalam menyambut bulan suci ramadhan, salah satunya papajar.
Papajar konon berasal dari istilah mapag pajar, yang tidak lain adalah Fajar Ramadhan. Dalam buku "Soekabumi the Untold Story"Â tradisi papajar tidak hanya dikenal di Sukabumi, namun juga di Cianjur, Padalarang, dan Purwakarta. Â Tradisi ini dilakukan para Ulama dan sebagian masyarakat biasanya menunggu hasil keputusan dengan berkumpul di masjid, saling bermaafan (tashofah), dan membawa makanan.Â
Tradisi ini kemudian berkembang ke seluruh wilayah Cianjur dan perbatasannya yang saat itu disebut Jampang, Cidamar, Cihea, Cikalong. Sehingga tidak mengherankan jika sebagian wilayah Batulayang (Selatan Bandung dan perbatasan Garut) hingga Utara Cibalagung dan Cikalong (sebagian wilayah Purwakarta sekarang).
selain para ulama dan masyarakat, santri pun ikut memeriahkan tradisi papajar. mereka memeriahkannya dengan kegiatan yang positif tak luput dari rasa riang gembira, salah satu acaranya adalah nge liwet bersama.Â
"Untuk tahun ini papajar kami yang koordinir, dan tema tahun ini adalah "Ma'hadi Jannati" yang artinya Pondokku Surgaku dengan filosofi bagaimana kami (santri) menciptakan keadaan pondok yang harmonis, humanis dan penuh cinta didalamnya. untuk kegiatannya diawali dengan senam bersama, tandzif pondok, bermain bola api, dan ditutup dengan nge liwet bersama,dalam papajar tahun ini adanya kegiatan baru yaitu malam keakraban santri dan asatidz. harapan kami khususnya saya semoga di bulan suci ramadhan tahun ini diberikan keberkahan dan kekhusyu'an dalam menjalankannya, aaammiinnn..."ujar kak Azis (ketua pelaksana).
"Papajar itu adalah tradisi yang biasanya dilakukan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Nah, di pesantren sendiri papajar kali ini berbeda dari biasanya. Kami di sini mengadakan beberapa acara/ kegiatan yang diikuti oleh seluruh santri diantaranya bola api, malam keakraban, ma'hadi jannati dan lain sebagainya.Â
Tradisi ini tidak hanya untuk mengisi kekosongan dan menghilangkan kejenuhan para santri di pondok, tetapi juga sebagai sarana berkreasi dan berekspresi yang tentunya tidak lepas dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya, seperti nilai kebersamaan, kesetaraan, senasib dan sepenanggungan. Maksudnya, para santri merasakan hal yang sama baik itu suka maupun duka, berada di satu waktu, situasi dan kondisi yang sama.
Kami selaku Pengurus Organisasi Santri mengharapkan seluruh santri dapat berperan aktif dalam memeriahkan kegiatan ini dan bisa berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan apa yang telah disusun dan direncanakan, sehingga para santri bisa mengambil hikmah dan manfaat dari kegiatan ini. Semoga di bulan suci Ramadhan tahun ini bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi serta diiringi dengan penuh keberkahan, pahala dan tentunya ridho dari Allah swt. aaaammiiinnn." ujar kak aryan dan ulpi (ketua organisasi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H