Seperti yang di sampaikan Perry Warjiyo selaku Gubernur Bank Indonesia pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia menyampaikan bahwa Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan harus memiliki koordinasi yang erat mengenai kebijakannya dengan Pemerintah Pusat dan Daerah sehingga dapat berkontribusi kuat pada terkendalinya inflasi.Â
Artinya kunci dari prospek kinerja perekonomian Indonesia yang baik merupakan adanya sinergi dan inovasi yang baik pula. Perlu sinergi fiskal dan moneter juga dalam perumusan kebijakan agar ekonomi nasional bisa diperkuat ketahanannya sehingga hasilnya dapat memberikan manfaat yang besar bagi rakyat dan negara dalam membangkitkan ekonomi nasional.Â
Kita juga harus memiliki dan mempertahankan optimisme di dalam diri bahwa keterpurukan ekonomi akan dapat teratasi dalam lingkup nasional maupun internasional dengan tetap waspada akan segala hambatan dari ketidakpastian global saat ini dari resiko stagflasi dan bahkan reflasi.Â
Mengutip dari siaran pers Bank Indonesia dalam menangani isu Resesi 2023 yang akan datang, Kebijakan moneter Bank Indonesia pada 2023 akan memfokuskan diri dalam menjaga stabilitas perekonomian. Sementara itu, kebijakan Bank Indonesia lainnya yaitu kebijakan sistem pembayaran, kebijakan makro prudensial, kebijakan ekonomi inklusif dan kebijakan pendalaman pasar keuangan sebagai upaya dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.
Berbicara mengenai kebijakan sistem pembayaran, efisiensi atau kelancaran dalam transaksi pembayaran mungkin saja dapat menjadi salah satu jawaban dari keterpurukan perekonomian di tahun depan.Â
Mekanisme pembayaran yang selalu dituntut untuk mengakomodir setiap kebutuhan masyarakat dalam hal perpindahan uang secara cepat, aman dan efisien, untuk itu diperlukan inovasi-inovasi teknologi pembayaran. Bank Indonesia dituntut untuk selalu memastikan bahwa setiap perkembangan sistem pembayaran harus selalu berada pada koridor ketentuan yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan jalannya kegiatan sistem pembayaran.Â
Bank Sentral Digital 4.0 dapat menjadi dapat salah satu strategi dalam mendorong inovasi perekonomian keuangan dan digitalisasi sistem pembayaran untuk menghadapi melemahnya keadaan ekonomi di tahun 2023 mendatang.Â
Bank Sentral Digital 4.0 juga bisa mempersempit kesenjangan masyarakat. Salah satu perwujudan transformasi dalam membangun bank sentral digital masa depan adalah dengan penerbitan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau dapat diartikan juga sebagai Rupiah Digital.Â
Deputi Gubernur BI, Doni P Joewono. BI sendiri juga meyakini, mata uang digital memiliki peluang meningkatkan pertumbuhan pasar modal Indonesia. Hal ini sekaligus juga akan memfasilitasi akses pembayaran dan inklusi keuangan. "Kita juga bisa belajar tentang implikasi dan peluang positif CBDC bagi sistem keuangan. Dengan demikian CBDC akan membantu membuka peluang bisnis dan transformasi kebijakan,".Â
Hal tersebut juga sejalan dengan kerangka terakhir yang disepakati bank sentral G20 yakni mengenai inklusi keuangan. Presidensi G20 Indonesia mendorong untuk memajukan kerangka inklusi keuangan, memanfaatkan digitalisasi untuk mendorong produktivitas dan ekonomi yang berkelanjutan, serta inklusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H