Berita yang muncul di media kala Hari Raya bak kaset lama yang diputar ulang tiap tahun. Arus mudik, kejahatan, korban pembagian zakat oleh pengusaha atau tokoh masyarakat, jumlah korban kecelakaan saat mudik, pendatang baru di Jakarta Raya dan lainnya. Saya katakan kaset lama sebab masalahnya ya itu-itu saja. Penyelesaian yang diberikan juga seperti muncul dari file lama, atau mungkin akan lebih oke kalau disebut copy paste dari tahun-tahun sebelumnya.
Contoh pertama adalah kenaikan harga barang. Benar-benar lagu lama. Bagi yang hobi membuat kliping koran, cobalah untuk lihat kembali headline atau berita yang mendominasi selama bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya tahun kemarin. Harga bahan-bahan pokok naik, termasuk bahan-bahan "favorit" saat menyambut Lebaran: gula, telur, ayam dan daging. Tahun ini saja cabai menjadi komoditas mahal di negara pecinta sambal ini. Memang ada faktor lain yang berpengaruh, namun pemerintah sepertinya masih mengidolakan operasi pasar murah sebagai solusi handal. Para menteri pun sampai ikut berdagang! Saya bukan ahli ekonomi, tapi pasar murah cenderung bersifat penyelesaian sesaat.
Tak kalah menariknya adalah angka kecelakaan saat arus mudik berlangsung, baik H- maupun H+. Di berbagai media kita akan disuguhi iklan masyarakat dari salah satu kementerian yang terkait tentang pentingnya keselamatan berkendara. Menterinya pun turut berpartisipasi dalam iklan tersebut. Apakah efektif? Angka kecelakaan maupun kematian setiap tahunnya makin bertambah, di mana berdasarkan data Mabes Polri, di tahun 2009 sebanyak 702 orang meninggal saat mudik Lebaran. Pada H+1, kepolisian mencatat korban tewas sebanyak 216. Dalam satu hari saja 34 orang meninggal dunia. Meski petugas berusaha bertindak lebih tegas, tidakkah ada yang menyadari bahwa tertib lalu lintas dan kesadaran keselamatan saat mudik hanya bisa dicapai jika kedua hal tersebut adalah bagian dari kehidupan sehari-hari para pengguna jalan. Bagaimana keseharian kita di jalan raya? Silahkan dijawab sendiri.
Isi kaset lama yang tak kalah menarik adalah masalah pembagian zakat yang memakan korban jiwa. Tiap tahun terjadi, tiap tahun pun makan korban. Begitu banyak anggota masyarakat yang rela mengantri dari malam sebelumnya, berdesak-desakan, saling dorong, kehabisan napas dan bahkan tewas demi selembar atau dua lemar sepuluh ribu rupiah. Saya tidak akan mengomentari mereka yang rela demikian karena tidak pada tempatnya. Justru saya tidak habis pikir sekaligus geram dengan mereka yang membagi. Memberi zakat tentu hal yang baik dan sesuai dengan keyakinan beragama, namun demikian caranya juga harus manusiawi.
Tentu ada cara yang tidak perlu membuat mereka yang berhak menerima zakat harus melalui cara yang sesungguhnya merendahkan martabat mereka sebagai manusia. Mereka seakan jadi tukang minta-minta. Ada banyak lembaga zakat yang dapat dipercaya dan bisa diajak bekerja sama untuk menyalurkannya dengan baik dan tepat. Sayangnya mereka-mereka yang mampu ini demikian haus akan pengakuan bahwa dirinya mampu memberi zakat pada begitu banyak orang. Nama mereka harus diucapkan dengan lantang. Mereka yang menerima bantuan harus tahu dari siapa uang yang ada di tangan mereka berasal, meski itu harus dibayar oleh nyawa. Sepertinya nyawa manusia di bumi Indonesia makin hari makin murah saja.
Di jaman sekarang ini menggunakan kaset sudah tidak jaman lagi. Masa compact disc pun sudah lama berlalu dan digantikan oleh era digital dimana anak-anak SD sudah akrab dengan istilah MP3 dan download lagu. Seharusnya dengan semakin majunya jaman dan teknologi, solusi yang diberikan untuk sejumlah masalah-masalah yang kerap terjadi pun semakin baik dan efisien serta efektif. Sifatnya pun jangka panjang dan demi kepentingan masyarakat. Kreativitas dan kepedulian menjadi kunci. Sayangnya kaset lama masih menjadi primadona, dan cara copy paste pun masih berjaya dari tahun ke tahun. De javu di negara ini seringkali terjadi, membuat kita terlena dalam irama penyelesaian sesaat dan sikap business as usual setelah masa tersebut usai. Sampai kapan kaset tua itu tetap digunakan di tahun-tahun berikutnya? You decide.
APA INI YANG DISEBUT PAHAM APA ARTI KESELAMATAN?
sumber: kkbk.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H