Mohon tunggu...
Prabu Mulya Singacala
Prabu Mulya Singacala Mohon Tunggu... Relawan - Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Mulya Institut (MI) pendor sekolah berkebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kemerdekaan "Pertamax-ku", Loh Bisa

16 Agustus 2024   19:50 Diperbarui: 16 Agustus 2024   19:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perjalanan dari Majalengka ke Bandung sebelum ada Tol Cisundawu memakan waktu 4 sampai dengan 5 jam, ini tergantung driver, ada kalanya waktu tempuh lebih lama dari itu, yang menyebabkan lama adalah kendala alam dan sekaligus Manusia yang berusaha di manja disetiap titik keramaian. 

Ini cerita waktu itu, lain dengan sekarang, tol cisundawu sangat menolong, durasi jam bisa dilipat dengan baik, driver macam paman-ku yang kecepatannya 20km/jam tetap bisa menempuh waktu yang singkat menurut ukurannya, lain halnya dengan driver kawakan 2 jam sudah sampai Padalarang. Wow. 

Ini kejadian kemarin, tak lama pula dari tulisan ini dibuat, ini bukan masalah perjalanan melainkan kecepatan kilat Pertamax yang tak ada lagi pemberitahuan, kalau petir pasti ada hujan, lain dengan ini tak ada apapun, naik duluan. Masyaallh. 

Saya terhipnotis dengan hiruk pikuk IKN dan kepindahan Bendera Pusaka, penasaran juga hatu campur marah entah kenapa dan bagaimana, yang jelas marah lah.... Ketika Bendera Pusaka dipindah ada hal lain yang berpindah dengan membunuh angan masyarakat, ya itu Pertamax. 

Bendera itu lambang kedigdayaan negara, tanpa Bendera kita tidak akan tahu dimana Indonesia, ketika kita melihat Bendera merah putih itu melambai di halaman rumah, kita pasti berkata, ini sangat nasionalisme, cinta tanah air dan pasti sangat beriman. 

Ini Bendera kebanggaan, pusaka menjadi naluri kemerdekaan, kibar bendera jadi semangat, lambai kami dua warna itu kobarkan api di dada anak Bangsa, sungguh mulia bendera ini, tancap bumi di Nusantara denyutkan para pejuang dan penjaga cita-cita, itu bendera pusaka miliki petuah dan gelorakan cita-cita. 

Kemerdekaan 

Momen bahagia sudah ada di depan mata, tanggal 17 tak lama lagi akan dilalui bersama, bangsa Indonesia bersiap angkat tangan kanan sembari telapak lurus dan menyimpannya di pelipis mata, inilah hormat bendera. 

Kemerdekaan menjadi cita-cita, para pejuang telah menggadaikan nyawa dan jiwanya untuk Indonesia, pejuang Sahid jadi pilihannya, mereka gugur dimedan perang membela tanah air tercinta Indonesia. 

Ada banyak cara untuk mengisi kemerdekaan, di zaman yang serba canggih ini, kehidupan manusia jauh melampaui zamannya, pikirannya ada didepan, tingkahnya menggemaskan, sungguh merdeka itu menjadi anugrah yang tak ada bandingannya. 

Negara menjamin kemerdekaan setiap warga, sejengkal tanah pun harus diupayakan agar kita benar benar merdeka, lantas apa yang sedang terjadi di bumi tercinta ini, mari merenung bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun