Hari ini Sabtu tanggal 21 Oktober tahun 2023 jam pojok atas telepon genggam menunjukkan pukul 20.50 ditemani segelas kopi yang ingatanku tiba-tiba menerawang dan berlabuh di puncak kuningnya Monas yang menjadi perlambang kejayaan bangsa Indonesia.Â
Empat hari kedepan sejarah akan mencat berapa kontestan presiden dan wakil presiden yang akan berlaga, catatan sementara 2 jagoan sudah menunjukan komitmennya masuk di arena ring pemilu Raya. Empat hari tidak lama serasa mungkin satu jam saja persis nyanyian satu jam saja.Â
Tidak ada taruhan dan tidak ada gim permainan yang dimainkan seperti tempo lalu, masyarakat Indonesia banyak bertanya-tanya apakah ada lagi kejutan permainan ring pemilu Raya, entah lah...dan entah lah...Â
Matahari
Hangatnya pagi dimulai semangat berkegiatan karena matahari menyambut kehidupan, saya biasa lakukan ritual pagi dengan menyapa Tuhan karena rindu atas panggilannya, air wudhu membasahi muka kusut yang meninggalkan mimpi dan berusaha berkumur hilangkan baunya mulut ini.Â
Cuap-cuap orang diluar sana diulang di informasi pagi yang di kemas berita televisi, entah apa yang diucapkan semoga tidak menjadi bau bagaikan mulut yang bangun dari tidur semalaman.Â
Matahari terus menganjak tinggi, terlihat jelas pohon dan rerumputan menyambut burung kicau berterbangan. Layaknya kata-kata yang terus menari berterbangan hinggap ditelinga dengan berbagai tafsiran, bagaimana dengan tanggal 25 yang akan datang. Matahari mana yang ditunggu terbit sementara telah ada dua Matahari yang berjanji menjadi penerang. Hemm
HitunganÂ
Hah.. kebiasaan, kalau mau apa-apa harus dihitung dulu kata babeh Darma, emangnya kenapa beh, karena dengan hitungan akan ada kepastian. Teringat penjelasan Gus Baha bahwa angka 2, 3, 4 dan seterusnya itu binisbatil wahid, jadi yang pasti ya angka 1 itu asliyah bukan fariyah. Itu pepatah tua, entah sekarang apa sama. Bisa jadi..
Kalkulasi jadi upaya untuk menuju 1, orang polisi bicara kita harus mengkalkulasi, menghitung, walaupun gemling tapi politik itu nyata dan satu jadi yang utama.Â