Mohon tunggu...
Prabu Kresna
Prabu Kresna Mohon Tunggu... -

saya hanya rakyat biasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan ke Sarmi (Papua), Mengenang Perjalanan 1 Tahun yang Lalu

11 Maret 2012   14:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:13 5685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_175849" align="alignnone" width="549" caption="Peta Papua"][/caption] Tepat 1 tahun yang lalu dunia di guncang peristiwa besar, yaitu gempa bumi dahsyat disertai tsunami terjadi di Jepang. Saya baru tersadar bahwa peristiwa tersebut tepat terjadi 1 tahun yang lalu dari pemberitaan di televisi. Peristiwa tersebut juga mengingatkan saya atas perjalanan ke Sarmi 1 tahun yang lalu. Sarmi merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Papua, sejak tahun 2002 Sarmi resmi menjadi Kabupaten tersendiri hasil pemekaran dari kabupaten Jayapura. Terletak 300 km arah barat dari Kota Jayapura, berada  di pesisir utara Pulau Papua. Sejak tahun 2008, dari Jayapura menuju sarmi telah bisa dilewati melalui jalur darat, walaupun pada waktu itu masih ada 2 jembatan sungai besar yang terhubung, masih dalam tahap pembangunan. Sejak tahun 2010 2 jembatan tersebut sudah selesai dibangun dan siap dilewati. Itulah sekilas Sarmi yang saya ketahui. Awal dari perjalanan saya ini waktu itu ditugaskan dari kantor untuk melakukan suatu pekerjaan di Kab. Sarmi. Perjalanan kali ini merupakan kali kedua saya berkunjung ke kota Sarmi. Perjalanan kali ini kami menggunakan kendaraan rental dengan tarif sewa Rp. 1 juta/hari, dengan menggunakan Toyota Kijang Inova, kami memilih kendaraan ini karena menurut kami Inova merupakan salah satu kendaraan yang cocok untuk perjalanan panjang kami. Jarak kota Jayapura dan Sarmi adalah +/- 300 km, dengan waktu tempuh 8 s.d 12 jam perjalanan darat, dengan medan jalan bervariasi, mulai jalan beraspal dampai jalan tanah. Kami memulai perjalanan pagi hari, jam 07.00 WIT berangkat dari kota Jayapura, segala bekal persiapan sudah lengkap di mobil kami. Kami menyempatkan sarapan pagi di kota Sentani (Kab. Jayapura) 40 km dari kota Jayapura, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Sarmi. 2 jam perjalanan telah kami lalui dan akhirnya kami sampai di kota kecil (Nibokrang) terakhir yang menyediakan BBM dan warung makan, akhirnya kami mengisi BBM untuk kendaraan kami sampai full untuk persediaan perjalanan menuju Sarmi, disini kami juga membeli nasi bungkus sebagai bekal makan siang di perjalanan nanti. setelah perjalanan kurang lebih 100 km dengan jalan aspal, akhirnya kami harus memulai untuk merasakan sensai baru, sensasi semi off road dengan jalanan tanah harus kami lalui, tentunya dengan pemandangan kanan dan kiri kami adalah hutan belantara yang masih alami. Sekitar pukul 12.30 WIT kami sampai di suatu daerah transmigrasi (Kecamatan Bonggo) disini kami beristirahat makan siang di sebuah Masjid, sekalian teman-teman yang Muslim menunaikan ibadah Sholat Dhuhur. Kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi ke Sarmi, sepanjang perjalanan jalanan masih jalan tanah dan sebagian sudah di padatkan dengan batu-batu kecil. Sepanjang perjalanan juga banyak jembatan kecil yang sebagian besar masih merupakan jembatan darurat yang terbuat dari kayu, kira-kira jumlahnya lebih dari 30 buah, kami lupa menghitungnya. Bisa dibayangkan jika musim penghujan tiba bagaimana jalanan dan jembatan ini dilalui harus dengan ekstra hati-hati. Pada sore hari tepat pukul 17.00 kami sampai di jembatan permanen diatas sungai, jembatan sepanjang kira-kira 200 meter ini merupakan jembatan terakhir menuju kota Sarmi, sudah sedikit lega karena kira-kira 1 jam lagi kami sampai kota Sarmi. dan akhirnya kami sampai juga di kota Sarmi pukul 18.30 WIT. Akhirnya kami nginap di Hotel Rivior, satu-satunya hotel yang menurut saya paling bagus di kota Sarmi. Badan terasa remuk redam perjalanan darat 11 jam. Keesokan paginya tepat 11 Maret 2011, kami melakukan tugas kantor, pada siang hari boss kami tiba-tiba minta pulang ke Jayapura, melihat kondisi kota Sarmi yang sepi, (masih lebih rame kota kecamatan di Pulau Jawa,hehehehehe) kayaknya beliau tidak kerasaan di Kota Sarmi. Dengan alasan kami mmasih capek akhirnya kami menolak untuk pulang Jayapura, selain itu seandainya jalan jam 12.00 WIT dari Sarmi berarti kami masih dalam perjalanan menuju Jayapura di malam hari, dan tentunya ini juga resiko buat kami, karena faktor keamanan (sepanjang jalan 70% adalah hutan belantara). Akhirnya kami putuskan untuk menunda kepulangan kami di esok paginya. Kemudian kami kembali ke hotel untuk beristirahat. tak terasa waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB dan kami mulai bosan tinggal di hotel hingga akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan keliling kota Sarmi. [caption id="attachment_175866" align="alignnone" width="503" caption="Keliling Kota Sarmi tidak lebih dari 1 Jam"]

13314728031956636600
13314728031956636600
[/caption] Bisa dibayangkan kan kota Sarmi sedemikian kecilnya,hehehehe mau jalan juga kemana, akhirnya kami menuju Pantai di Sarmi (saya lupa nama Pantainya), Pantai ini menghadap langsung ke Samudera Pasifik, sekitar pukul 16 kami mendapat kabar dari teman yang masih tinggal di hotel bahwa efek gempa dan tsunami Jepang akan sampai ke Indonesia kira-kira 2 Jam lagi, sebelumnya kami tida nonton perkembangan berita tsunami Jepang, dengan agak sedikit panik kami kembali ke kota Sarmi, dalam perjalan balik dari pantai kami melewati sebuah warung bakso, karena agak lapar kami sempatkan mampir ke Warung Bakso tesebut. Kami memesan bakso, sambil disitu ada siaran televisi yang mengabarkan perkembangan tsunami Jepang, dan keadaan di warung bakso tersebut sudah mulai panik, apalagi ditambah isu klo sebentar lagi tsunami akan sampai Indonesia, pesisir utara terutama, keadaan mulai kacau, kami belum selesai makan sang pemilik warung sudah mau menutup warungnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Akhirnya kamipun ikut panik dan kembali ke hotel untuk menjemput teman yang masih di hotel. Sampai di hotel keadaan panik juga terjadi, bahkan kepanikan meluas diseluruh kota Sarmi, semua ingin mengungsi ke tempat lebih tinggi. Pengalaman ini tidak akan pernah saya lupakan dalam kehidupan saya, kepanikan yang luar biasa di kota kecil ini sungguh terasa, masyarakat berbondong-bondong mencari tempat tinggi, perlu di ketahui kota sarmi merupakan dataran rendah di pinggir pantai, seandainya terjadi tsunami sudah barang tentu hancur kota ini. Titik pengungsian kami adalah komplek kantor Pemerintahan Daerah yang terletak diatas bukit kecil dengan jarak 17 km dari kota Sarmi. Kepanikan melanda kota ini, hampir semua masyrakat mengungsi ke Komplek Pemda ini. Iring-iringan kendaraan dan suara klakson seakan menambah panik suasana. dan akhirnya kami sampai juga di Komplek Pemda tsb, disini masyarakat banyak berkumpul dengan membawa serta barang sebagaimana layaknya pengungsi, kejadian benar-benar mencekam karena hujan turun dan disertai mati listrik, dan sinyal hape off sama sekali, lengkap sudah penderitaan disertai kepanikan yang luar biasa. Pukul 21.00 WIT kami memutuskan turun lagi ke kota Sarmi karena ada informasi klo keadaan saudah aman dan tidak terjadi tsunami, akhirnya kami sampai juga. Karena sebagian kami belum makan malam, dan di Kota Sarmi waktu itu semua warung makan tutup untuk mengungsi, akhirnya makan malam kami dengan memasak mie instan di kantor kami, kebetulan kantor kami persis berada di pinggir pantai. Hidangan mie instan mulai kami nikmati, suasana hujan dan dingin sedikit terobati dengan mie instan rebus panas ini. Tapi sebelum mie instan selesai di santap, teriakan dari belakang kantor mengatakan klo air laut mulai naik, jangan-jangan tsunami baru sampai ke Sarmi, dan lagi-lagi kepanikan melanda kota Sarmi untuk kedua kalinya, kejadian pertama terulang, kemudian kami mengungsi lagi ke Komplek Pemda tadi. Raut wajah cemas dan panik bisa saya lihat di wajah teman-teman saya, dalam hati udah jauh dari keluarga mau kena tsunami pula. pengungsian kedua kami berlangsung sampai pukul 02.00 WIT pagi dan kami mendapat Info klo Indonesia aman dari tsunami Jepang, akhirnya kami kembali ke kota Sarmi dan mendapati kota Sarmi aman dan tidak ada tsunami. Setelah sampai di hotel dan kami beristirahat, dalam istirahat kami juga tidak bisa santai dan nyenyak karena masih kepikiran kejadian sebelumnya. Dan pagipun tiba, akhrinya kami putuskan untuk kembali ke Jayapura pagi itu juga, persiapan makanan dan bahan BBM untuk perjalanan kami kami siapkan lagi. Di kota Sarmi tidak ada SPBU, karena satu-satunya SPBU tidak bisa beroperasi karena tersangkut masalah tanah Adat. Satu satunya tempat pengisian BBM yaitu ada satu APMS, disinipun kita harus antri dan BBM yang di jual lebih mahal daripada BBM jika beli di SPBU, dan biasanya tersedia klo pagi aja, siang sudah habis. [caption id="attachment_175870" align="alignnone" width="512" caption="beginilah cara isi BBM di Sarmi"]
1331475398111643243
1331475398111643243
[/caption] Setelah isi BBM akhirnya kami memulai perjalanan pulang ke Jayapura. Dalam perjalanan pulang ke Jayapura masih menyisakan cerita menarik buat saya dan teman-teman. Akibat hujan semalamam jalanan menuju Jayapura agak basah dan menimbulkan genangan di beberapa titik, cerita berawal ketika kami sampai kembali ke daerah transmigrasi, ketika kami melewati jalanan yang ada genangan, sepanjang perjalanan kadang ada orang berjalan kaki untuk pergi ke kebun atau melakukan perjalanan antar kampung. Nah waktu itu tanpa sengaja ban mobil kami masuk ke jalanan berlobang yang ada airnya padahal kami udah berjalan dengan pelan-pelan karena ada orang berjalan di sisi kiri kami, tanpa sengaja orang tersebut kena cipratan air dari lobang jalan itu, waduhhhhh gawat dalam hati. orang yang kena cipratan air ini adalah penduduk asli, dalam hati mampus sudah klo begini, pelan-pelan saya menepi kemudian berhenti, dan saya keluar dari mobil kemudian menghampiri orang tadi, dan saya katakan saya minta maaf klo tadi tidak sengaja, tapi orang itu tetap marah, dari arah yang lain mucul sekelompok orang baru pulang dari berkebun dengan membawa peralatan berkebun (parang dll) , dalam hati waduhhhhhh tambah mampus deh saya. saya terus minta maaf dan mencoba mengulurkan tangan minta maaf, orang itu tetap memarahi saya dan untungnya dia langsung pergi, sambil memarahi saya, dia bilang "untung sa masih baik dengan ko, klo tidak ni, sa panggil masyarakat untuk bakar ko pu mobil lapis deng ko skalian" (untung saya masih baik dengan kamu, klo tidak saya panggil masyarakat untuk bakar mobil kamu sekalian dengan kamu). waduhhhhh, untungnya sekelompok orang yang pulang dari kebun tadi cuma senyum-senyum melihat saya di marahi bapak tadi. Untungya masalah tidak berlanjut dan saya bisa melanjutkan perjalanan pulang sampai Jayapura dengan selamat. Sudah pernah di daerah ini klo ada mobil yang berbuat kesalahan misalnya menabrak hewan piaraan atau orang tapi melarikan diri langsung di kejar dan di rusak mobilnya. Saya bersyukur beruntung sekali perjalanan saya ini, dan bisa sampai Jayapura dengan selamat. Jika anda tertarik untu mencoba jalan-jalan ke Jayapura dan pengen mencoba jalan darat sepanjang 300 km di Papua dengan menyusuri hutan silahkan di coba jalur Jayapura - Sarmi.hehehehe Jayapura - Sarmi juga ada angkutan umum, dengan bus Damri atau dengan mobil pribadi yang di operasikan sebagai angkutan umum, dengan tarif sekitar Rp. 120.000,-  sekali jalan.  Pengalamanan perjalanan Jayapura - Sarmi sunggu luar biasa. Salam nb. gambar peta diambil dari google map

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun