Mohon tunggu...
Prabu Bolodowo
Prabu Bolodowo Mohon Tunggu... wiraswasta -

" I WANT TO MAKE HYSTORY, NOT MONEY."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tidak Gampang Jadi Relawan yang Negarawan

17 Oktober 2014   03:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:43 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Relawan semestinya dimaknai sebagai sikap memberi atau membantu tanpa pamrih. Seperti saat perayaan 17 agustusan, relawan dengan antusias menyiapkan pesta memperingati kemerdekaan negeri ini. Demi kegembiraan publik, relawan ikhlas bekerja. Sementara negarawan, adalah cara pandang dan sikap seseorang yang mengutamakan keutuhan bangsa-negara diatas segalanya.

Namun istilah relawan menjadi sesuatu yang najis ketika masuk ranah politik. Istilah relawan telah direduksi menjadi milik kelompok sekaligus berpotensi menghadapi musuh. Ujung-ujungnya muncul dikotomi relawan dan nonrelawan. Sialnya, istilah relawan seolah mendapat pengakuan publik ketika kelompok yang mereka dukung memperoleh pengesahan negara. Maka yang muncul kosakata Relawan Jokowi. Sebaliknya yang bukan relawan Jokowi adalah musuh.

Dan inilah yang terjadi direpublik ini. Ketika sosok Jokowi yang nota bene bakal dilantik menjadi presiden RI bagi 245 juta rakyat, pada 20 okrober nanti, relawan Jokowi seolah pihak yang paling syah menjadi "tuan rumah" pesta penyambutan presiden baru yang akan berlangsung di Monas. Andai ada pihak nonrelawan mengadakan pesta gembira yang sama, maka dicurugai sebagi subversi.

Seperti dilansir sejumlah media, jelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, puluhan relawan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Dua Puluh Oktober (Geruduk) berencana akan menggelar pesta rakyat.

"Rencananya titik kumpul relawan di depan Kampus Universitas Atmajaya, Semanggi. Mari kita bersama-sama mengantar presiden dan wakil presiden pilihan kita menuju Istana Negara,"ujar Hilmar di Seknas Jokowi, (14/10/2014) seperti dikutip tribunnews.com.

Gaya maklumat model begini, berpotensi menyulut api permusuhan semakin besar kepada pendukung pihak yangkalah pilpres. Ujung-ujungnya, usaha para elit politik mendinginkan suhu perpolitikandengan saling silahturahim, jelas akan sia-sia.

Pelantikan Presiden RI ke 7, sejatinya bukan melantik presidennya relawan. Tetapi presiden bagi bangsa Indonesia sekaligus kepala negara.

Akan lebih elok andai relawan jokowi sebagai EO pesta penyambutan presiden baru mengeliminir semua hal yang berpotensi permusuhan dijadikan malam perdamaian. Pihak yang kemarin dianggap lawan, perlu diundang datang. Ungkapan 3 jari semestinya tak hanya populer ditataran konsep, tapi benar-benar bisa dirasakan bersama. Karena momentum pelantikan presiden ini adalah pesta kegembiraan dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat.

Sayangnya kita terlalu pintar dalam hal mengumpat pemimpin yang tak berjiwa negarawan. Sementara relawan sendiri lupa, bagaimana bersikap negarawan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun