Mohon tunggu...
Ary Prabowo
Ary Prabowo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Jakarta. 25 Tahun. Ayah Satu Anak. Suami Satu Istri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Anak Nurdin Halid

31 Desember 2010   21:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:05 2320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nurdin Halid itu nama ayahku. Ayah dari kakak-kakakku. Kami tiga bersaudara dan ibu bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga. Kami keluarganya bahagia. Ayah punya mobil bagus, rumah besar dan hartanya banyak.

Aku sekarang masih duduk kelas 4 SD. Sekolah terbaik yang ada di kotaku. Kota yang besar dan macet. Namun, aku bahagia tinggal disini karena ada ayahku, Nurdin Halid.

Ayahku sangat cinta kepada keluarganya. Waktu sengang selalu dihabiskan bersama kami sekeluarga. Tiap minggu ayah selalu mangajakku pergijalan-jalan ke mal, pantai atau cuma sekedar ke took buku.

Kakak udah kuliah semester 6 dan kakakku satunya masih duduk di bangku SMP kelas 2.Setiap hari kakak ke kampus naek mobil warna biru itu sedangkan kakakku satunya naek motor merah yang gede itu lho. Tapi, kalo aku kesekolah masih diantar ama supir ayah naek mobilnya.

Ayahku kantornya di stadion. Meski di stadion, fasilitas didalamnya buagus banget lho. Apalagi di ruangan ayahku. Ruangan ayah itu guuuueeedddeeee banget. Ada mejanya, ada tipinya, ada sofanya. Aku seneng kalo diajak maen ayah ke kantornya.

Akhir-akhir ini ayah sering nggak dirumah. Katanya sibuk ngurusin bola. Katanya Endonesa lagi maen. Tapi, kata ayah kalo Endonesa maen aku nggak bolehnonton tipi. Aku juga nggak paham maksud ayah.

Pernah sekali aku melihat Endonesa maen di tipi dan Aku liat spanduk besar bertuliskan “Ganyang Nurdin” , “Aku berlindung dari godaan Nurdin yang terkutuk” dan terdengar suara kalo “Nurdin Turun,,, Nurdin Turun.”

Esoknya, aku tanyain ke ayah semuanya. Kata ayah, “ayah kemaren nggak diturunkan ke lapangan karena ayah masih cedera. “ , Trus kalo spanduk itu yah??? Spanduk itu para pendukung setia ayah. Mereka nggak turun karena ayah juga nggak turun.

“Oh gitu to yah. Kirain ayah diminta turun dari Kursi ayah sekarang.Trus spanduk itu spanduk itu adek kira nurdin yang lain ternyata nurdin ayah juga to??? “

Aku geleng-geleng. Ternyata ayah ama aku aja bisa boong, apalagi ama rakyat sepakbola Indonesia ya???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun