Karya sastra memiliki potensi besar dalam perubahan masyarakat termasuk perubahan karakter. Karya sastra mampu menjadi pencerahan mental dan intelektual karena berupa refleksi dari persoalan manusia sebagai hasil renungan pengarang terhadap kehidupan sekitarnya. Sekolah sebagai institusi yang menyelenggarakan pembelajaran dan menanamkan nilai-nilai moral dan budaya menjadi tempat yang tepat untuk memperkenalkan sastra kepada peserta didik. Salah satu bentuk karya sastra yang dipelajari di sekolah adalah cerita pendek (cerpen).
Menurut Effendi (2015:18) cerita pendek merupakan serangkaian peristiwa atau suatu kejadian yang melibatkan beberapa individu dalam aktivitas fisik atau mental. Dengan kata lain, cerita pendek memotret peristiwa atau kejadian dalam kehidupan dan keberhasilan memotret bergantung pada mediasi antara pembaca dan objek yang dipotret. Pembelajaran sastra terutama pembalajaran cerita pendek di sekolah memiliki manfaat; Pertama, cerita pendek mampu membuka "pintu" hati pembacanya untuk menjadi manusia berbudaya. Kedua, transformasi amanat dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek. Transformasi tersebut dapat berupa kegiatan membaca dan mendiskusikan isi cerita pendek.
Pada kenyataannya, kondisi yang ada di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik kurang mampu menentukan unsur pembangun cerita pendek terkhusus unsur intrinsik. Ini terjadi karena peserta didik kurang mampu menemukan tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, amanat dalam cerita pendek. Masalah yang melatarbelakangi kondisi tersebut yaitu, kurang tepatnya dalam menggunakan strategi pembelajaran mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek, guru dalam menggunakan model dan media pembelajaran kurang menciptakan suasana keaktifan peserta didik di kelas, guru terlalu dominan saat pembelajaran mengidentifkasi unsur intrinsik.
Berdasarkan pengalaman tersebut perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yaitu dengan menggunakan strategi yang tepat sehingga pembelajaran inovatif dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek adalah strategi Make a Macth.
Strategi Make a Macth adalah strategi pembelajaran dengan proses peserta didik belajar dan berdiskusi dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Komalasari (2017:85) model pembelajaran Make a Match merupakan model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan.
Model pembelajaran Make a Match yaitu materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian peserta didik. Peserta didik menjadi lebih aktif. Strategi ini dapat digunakan di semua mata pelajaran dan di semua tingkatan pendidikan, kerja sama antarpeserta didik lebih dinamis dalam suasana yang lebih menyenangkan. Strategi pembelajaran Make a Match merupakan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk materi baru maupun untuk mengulang materi yang sudah diajarkan. Strategi ini bisa dilakukan di saat ice breaking atau di bagian inti pembelajaran.
Langkah-langkah strategi Make a Match dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek adalah sebagai berikut
- Guru membagi kelompok, dalam setiap kelompok terdapat 4-6 peserta didik.
- Guru membagi potongan cerita dan unsur-unsur intrinsik cerita pendek sebagai konsepnya. Potongan cerita ini harus dirancang supaya mendapat jawaban pasti dari konsep unsur-unsur intrinsik. Dapat juga konsep dibuat dalam bentuk bagan, gambar, atau tabel.
- Peserta didik memikirkan jawaban dari potongan cerita pendek yang didapat. Mereka dapat mendiskusikannya dengan anggota kelompok.
- Potongan cerita tersebut kemudian ditempel atau dicocokkan dengan konsep unsur intriksik (tema, alur, latar, amanat, sudut pandang, tokoh)
- Kelompok dapat mempresentasikan hasil kerjanya.
- Dan terakhir guru dan peserta didik mengambil kesimpulan dan mengevaluasi.
Pembelajaran dengan menggunakan strategi Make a Match berdampak positif bagi peserta didik. Peserta didik antusias dan aktif dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, perserta didik dapat memahami unsur intrinsik cerita pendek dengan mudah karena terdapat contoh yang langsung dapat di pasangkan dengan konsep. Kegiatan tersebut juga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu peserta didik dapat mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek dengan tepat. Adapun faktor yang menjadi keberhasilan dalam aksi ini adalah menggunakan strategi Make a Match membantu peserta didik membangun konsep pemahaman materi dalam suasana yang lebih menyenangkan.
Daftar Rujukan
Effendi. S. 2015. Bimbingan Apresiasi Prosa Naratif Cerita Pendek. Tangerang: Pustaka Mandiri.
https://serupa.id/model-pembelajaran-make-a-match-langkah-langkahnya/ https://radaredukasi.com/2023/02/05/model-pembelajaran-make-a-match-dan-langkah- langkahnya/