Mohon tunggu...
Herwin Prabawananda
Herwin Prabawananda Mohon Tunggu... Desainer - Marketing Communications

Lelah menjadi budak kapitalist

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pembunuh Berdarah Dingin (Kematian Kaderisasi)

3 Desember 2023   14:47 Diperbarui: 3 Desember 2023   15:06 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu negara yang tengah bergolak dalam suasana politik yang panas, terdapat seorang pemimpin partai politik yang dikenal sebagai "pembunuh berdarah dingin" di dunia politik. Namanya adalah Mawardikun Solikin.

Mawardikun adalah seorang politisi ulung yang telah lama berkarir di dunia politik. Namun, reputasinya sebagai "pembunuh berdarah dingin" bukanlah karena tindakan kekerasan fisik, melainkan karena kebijakan-kebijakan politiknya yang sangat tegas dan tanpa ampun terhadap kaderisasi di dalam partai politiknya.

Sebagai pemimpin partai, Mawardikun sangat berfokus pada pencapaian tujuan politiknya, dan ia tidak ragu-ragu untuk mengorbankan kader-kader partainya demi mencapai kekuasaan dan kontrol. Ketika sebagian besar partai politik bersemangat membangun kaderisasi yang kuat, Mawardikun justru lebih memilih untuk merekrut orang-orang yang memiliki potensi untuk membantunya meraih kekuasaan, tanpa peduli pada sejarah atau loyalitas terhadap partai. Ia seringkali menggantikan kader-kader partainya yang telah berjuang bertahun-tahun dengan individu-individu yang dianggapnya lebih strategis.

Akibatnya, partai politik yang dipimpin oleh Mawardikun menjadi semakin terpecah dan kehilangan identitasnya. Para kader yang merasa diabaikan dan terpinggirkan mulai meninggalkan partai tersebut, merasa bahwa partai yang mereka cintai telah dikhianati oleh pemimpin mereka yang kejam.

Sementara Mawardikun terus maju dalam dunia politik dengan kebijakan-kebijakan yang dianggapnya efektif, banyak yang menyebutnya sebagai "pembunuh berdarah dingin" karena pengorbanan kader dan idealisme partai demi ambisi pribadinya. Ia mungkin berhasil meraih kekuasaan, tetapi harga yang dibayarnya adalah kehilangan integritas dan solidaritas di dalam partai politiknya.

Kisah Mawardikun Solikin menjadi pelajaran yang mengingatkan kita tentang pentingnya kaderisasi dan mempertahankan nilai-nilai partai politik di tengah dinamika politik praktis yang keras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun