Grup ini pertama kali dibentuk pada tahun 2003 oleh Marzuki Mohammad alias Kill The DJ. JHF juga didukung oleh musisi hip hop kota gudeg lainnya yaitu duo Jahanam (Mamok dan Balance), Rotra (Janu Prihaminanto alias Ki Ageng Gantas), Radjapati (Lukman), serta 2 anggota ad hoc DJ Vanda dan pesinden Soimah Pancawati.
Music hip hop yang dioplos dengan tradisi jawa ini telah menjadi chiri khas dari JHF. Dan dengan segala keunikan yang dimilikinya, telah membawa mereka ke panggung-panggung internasional. Panggung mancanegara pertama kali di pementasan di Esplanade Singapore pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011 JHF diundang pentas ke New York dan San Fransisco. Selain itu, JHF juga sudah tampil di Amerika Serikat, China, Korea Selatan, dan India. Sebuah prestasi untuk seniman bangsa yang telah berhasil membawa karya mereka ke mancanegara.
Sebagai dedengkot JHF, Kill The DJ tentunya yang menjadi corong dari grup ini. Keterbatasan bahasa Jawa yang digunakan sebagai lirik rap, yang mungkin susah mendapatkan tempat di industri musik Indonesia, mampu diatasi dengan caranya sendiri. Saat ini lagu-lagu dari JHF sudah menjadi lagu rakyat di Yogyakarta, terutama setelah diluncurkannya lagu Jogja Istimewa yang sudah menjadi soundtrack kehidupan rakyat Yogyakarta.Â
Lagu itu dinyanyikan kolektif oleh Ki Jarot, akronim dari Kill the DJ, Jahanam, Rotra, ketiganya adalah crew yang paling konsisten memproduksi lagu-lagu hip hop berbahasa dan bernuansa Jawa dan mempresentasikan eksistensi dari JHF. Salah satu lagu JHF yang paling populer dan sering muncul di televisi karena liriknya tentang isu keistimewaan Yogyakarta, yaitu "Jogja Istimewa".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H