Mohon tunggu...
ppp kel 21
ppp kel 21 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

ppp kel 21 merupakan sebuah blog yang menyajikan berita terkait pratikum atau magang. yang beralamat di Jl Kyai Tulus Jetis, keluarahan Sijeruk, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menekankan Kasus Bullying, Mahasiswa BPI Melaksanakan Program Konseling di Pondok Pesantren Darul Muqorrobin

25 September 2024   11:15 Diperbarui: 25 September 2024   11:17 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarang, 25 September 2024, Demi menekankan kasus bullying di lingkungan lembaga Pondok Pesantren, Mahasiswa BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam) melaksanakan Program Konseling di Pondok Pesantren Darul Muqorrobin. Program ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada santri tentang pentingnya rasa saling menghargai, menghentikan tindakan perundungan, serta membangun lingkungan yang lebih baik dan harmonis di dalam pesantren.

Kegiatan ini yang berlangsung selama tiga puluh hari tersebut melibatkan konselor dari mahasiswa BPI yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dalam menangani kasus -- kasus bullying. Program ini tidak hanya diisi konseling kelompok dan individu saja, akan tetatpi juga ada kegiatan penyuluhan yang melibatkan seluruh santri di pesantren.

Koordinator Pelaksana Program, Muhammad Zidan Yusva Alaydrus, mengatakan bahwa program ini merupakan salah satu langkah nyata dari mahasiswa untuk ikut serta dalam penanganan isu-isu sosial yaitu Perundungan yang terjadi di masyarakat, khususnya di dunia pendidikan dan pesantren. "Kami melihat bahwa bullying tidak hanya terjadi di sekolah-sekolah umum, tetapi juga di lingkungan pesantren. Kami berharap, dengan adanya konseling dan Program Penyuluhan ini, para santri bisa lebih peka terhadap dampak negatif dari bullying, baik bagi korban maupun pelaku," Ujar Zidan salah satu Koordinator pelaksana Program.

Dalam program ini, ada tiga fokus utama yang diangkat oleh para mahasiswa BPI, yaitu pencegahan bullying, penanganan kasus yang sudah terjadi, serta upaya rehabilitasi bagi pelaku bullying. Fokus pertama adalah memberikan edukasi kepada para santri tentang bentuk-bentuk perundungan yang sering terjadi, baik secara verbal, fisik, maupun cyberbullying. Edukasi ini diberikan dengan cara yang interaktif, di mana santri diajak berdiskusi dan berbagi pengalaman mereka sendiri.

Fokus kedua adalah penanganan kasus yang sudah terjadi. Melalui sesi konseling individu, santri yang menjadi korban atau saksi perundungan diberi ruang untuk bercerita dan mendapat dukungan psikologis dari konselor. Di sisi lain, para pelaku bullying juga dilibatkan dalam konseling ini agar mereka dapat memahami dampak buruk dari tindakan mereka dan diarahkan untuk berubah.

fokus terakhir adalah rehabilitasi. Mahasiswa BPI menekankan bahwa para pelaku bullying tidak harus dijauhi atau dihukum berat, melainkan perlu diberikan kesempatan untuk berubah. Dengan pendekatan yang lebih humanis, para pelaku dibimbing untuk memperbaiki perilaku mereka dan diintegrasikan kembali ke dalam lingkungan pesantren tanpa stigma negatif.

Salah satu Konselor yang terlibat, Haliza Muntazau Rizqiyah,mengatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam program ini adalah pendekatan empati dan komunikasi yang terbuka. "Kami ingin menciptakan suasana di mana santri, baik korban maupun pelaku, merasa aman untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan mereka. Dengan demikian, kita dapat menemukan solusi yang tepat untuk setiap masalah yang dihadapi," jelas Haliza.

Pihak Pondok Pesantren Darul Muqorrobin sangat mengapresiasi inisiatif dari mahasiswa BPI UIN Walisongo dalam menyelenggarakan program konseling ini. Pimpinan pesantren, Habib Firdaus Al Munawwar., mengungkapkan bahwa kasus bullying memang menjadi perhatian serius di lingkungan pendidikan, termasuk di pesantren. "Kami bersyukur mahasiswa BPI memiliki perhatian besar terhadap masalah ini. Dengan adanya program ini, kami berharap dapat menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai di antara santri," tutur Habib Firdaus.

Menurutnya, selain pendidikan agama yang kuat, penting juga untuk mengajarkan nilai-nilai sosial yang positif seperti toleransi, empati, dan kerjasama antarindividu. Ia juga berharap program seperti ini bisa terus berjalan dan diperluas ke pesantren-pesantren lain.

Salah satu santri yang ikut dalam sesi konseling kelompok, Hafidz Lukman (15), mengaku sangat terbantu dengan adanya program ini. "Selama ini mungkin kami menganggap tindakan mengejek teman hanya candaan biasa, tapi setelah mengikuti kegiatan ini, saya jadi paham kalau hal itu bisa menyakiti teman," kata Farid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun