Mohon tunggu...
dianw
dianw Mohon Tunggu... -

Seseorang itu harus cerdas dalam artian cerdik, pintar membawa diri, supel, pekerja keras dan tangguh. Jadi IQ tinggi saja tidaklah cukup http://www.sesingobrol.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Great Sale, Momok atau Pelet?

28 Maret 2016   13:23 Diperbarui: 28 Maret 2016   14:28 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pic. by canstock photo"][/caption]

Apa yang ada di pikiran Anda ketika melihat poster berukuran jumbo bertuliskan 70% All Item? hanya lirikan ujung mata sambil lalu mengabaikan pada detik pertama, sesaat kemudian kembali menatap dalam kesadaran penuh diserta mata membeliak berkunang-kunang? jantung berdegup liar? nafas memburu? tangan mengepal? keringat dingin bercucuran? atau beberapa dari anda mungkin berpendapat bahwa dunia jahat sedang berkonspirasi berusaha menggerogoti anda? hahaha...

Menurut saya itu bentuk respon yang wajar dari seorang manusia normal di belantara dunia nan sungguh Hedon ini.

Kenapa? (nurani anda bertanya) Kenapa? yang benar saja? siapa yang tidak? mengabaikan begitu saja poster yang bagaikan susuk genit rupawan melambai-lambai menjanjikan kenikmatan memiliki barang impian dengan hanya membayar 30% dari harga biasanya? siapa tak tertarik? sementara sebagian besar manusia berjibaku mempertahankan hidup di negeri Indonesia yang konon katanya negeri subur makmur loh jinawi tapi penduduknya sebagian besar berpenghasilan kisaran UMR? bagaimana bisa menolak godaan Great Sale nan jahanam ini ditengan tipis harapan mengganti baju yang kunjung menipis dimakan papan penggilesan? kapan terakhir beli baju? lebaran tahun lalu?

Bagaimana bisa menahan godaan belanja murah. Murah? relatif... bahkan kalo sudah sale, bahkan barang kelas recehan hingga barang mini berlabel ratusan ribu, bahkan jutaan, seharga motor atau bahkan seharga mobil jadi terasa murah. Tergantung siapa dan dimana even great sale digelar. Mulai Gedung Mall kelas Metropolitan nan adem dengan sayup jazz, hingga Plaza kelas pinggiran pun, dimana bau matahari campur bau keringat berbaur, dimana musik hingar-bingar berdentum memekaan telinga ditingkahi sembernya suara MC dari SPG berpengalaman yg penuh semangat berkoar-koar menyemangati pengunjung yang mulai mengendur semangatnya patah harapan, untuk terus mengobrak-abrik tumpukan barang.

Selanjutnya di sisi lain sebagian orang akan bertahan dalam idealisme, bertarung mempertahankan harga diri bertaruh ketangguhan iman melawan keinginan, sementara jutaan orang berlari menggebu terbirit-birit menerjang puluhan box aneka barang menarik setinggi gunung, menunggu dibelai, disentuh, dijamah dan akhirnya direnggut dengan terpaksa oleh jutaaon orang dengan raut penuh nafsu mengabaikan kenyataan dompet yang mengenaskan, bahkan sebagian rela menggesek kartu bolak-balik.. (bayarnya gimana? aah.. kemaha engke laah..).

Disisi lain, sebagian orang lainnya berusaha bertahan dan berdamai dengan nafsu. Berusaha realistis dengan nasib dompet yang sedang miskin-miskinnya. Biasanya tipe ini akan bersikap tidak perduli, tatapan dingin dan sikap tubuh menantang, bahkan mengabaikan tatapan sayu sang istri penuh harap. Namun tetap saja pada akhirnya menyerah setelah mendengar kabar si tetangga sebelah rumah yg berhasil memborong sandal dan baju yang katanya murah-murah), dan puncaknya setelah rayuan maut yang berujung omelan panjang ga karuan nada tinggi ditambah delikan judes sang bini yang mengakibatkan stress skala dobel).

Ada satu tipe lagi... tipe yang nggak ngaruh great sale, harga normal kek, atau bahkan harga selangitpun, belanja jalan terus (tipa orang berduit). Belanja bagaikan rutinitas mingguan dalam membuang waktu dan duit atau sekedar nongkrong di kafe ikut tren zaman. Kongkow santai sambil ngeceng. Tapi kadang kalo asli noraknya muncul, tipe ini akan ikut ngibrit bertarung bersama ribuan orang lainnya saling cakar dan sabet menunaikan hajatnya dapat belanjaan murah.

Nah Bagaimana dengan saya? ada di tipe manakah saya?

SAYA? Ehm.. (berdehem)... saya adalah tipe orang yang bijak dalam berbelanja (ciyeeee..)... bijak dalam menganalisa, seberapa pentingkah belanja? apakah ada barang yang perlu dibeli? adakah kebutuhan mendesak sekarang? kalo perlu minggir saya akan minggir dulu, berpikir dengan jernih apakah ada baju yang mulai aus butuh peremajaan? adakah sepatu anak-anak yang mulai tipis dimakan usia? adakah barang urgent yang sangat butuh dibeli? rasanya tidak, semuanya baik-baik saja. Keadaan masih normal jadi tidak ada alasan kenapa harus berbelanja. Jadi, dengan hati teguh sekuat baja saya mulai berjalan meninggalkan arena.

TAPIII... AAARRRGGHHHH.... KENAPA BARANGNYA KELIATAN BAGUS-BAGUS BINGIIIT?... tak tahan saya kembali menoleh, dengan tatapan penuh harap, bertekuk lutut menyerah pada keadaan. Dan disinilah saya... dengan semangat menggelora bagai kesetanan saya berlari, menerjang dengan sisa kekuatan yang ada, mencongkel, mencengkeram dan meraup tumpukan baju penuh emosi dan nafsu, diserta napas memburu, tatapan mata liar yang nanar menatap lincah melompati setiap bongkahan demi bongkahan barang dari box ke box (bahkan nyambil tarik-tarikan baju dengan si ibu di sebelah sana), peluh bercucuran dan kaki gemetar takut kahabisan barang dan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun