Kembangkan Potensi Menuju Desa yang Bersinergi, Kacang tanah merupakan salah satu potensi utama dari Desa Teluk. Namun, dalam mengembangkan usaha tersebut para petani di desa teluk masih menghadapi berbagai kendala terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit tanaman. Untuk membantu mengatasi kendala-kendala tersebut, tim PPK Ormawa Tymac dari Universitas Jambi melaksanakan sosialisasi hama dan penyakit pada hari Senin tanggal 25 September 2023 yang dilaksanakan di Pelataran Rumah Kepala Desa Teluk.
Serangkaian acara dimulai dengan pembawa acara Bagus Cahyadi salah satu anggota tim PPK Ormawa Tymac. Selanjutnya, Kata sambutan disampaikan Ade Mushollimin sebagai ketua tim PPK Ormawa Tymac. "Harapannya dengan dilaksanakan sosialisasi pengendalian hama dan penyakit dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada petani tentang pengendalian hama dan penyakit kacang tanah agar mengoptimalkan hasil produksi kacang tanah yang menjadi unggulan di Desa Teluk" Tutur Ade selaku ketua tim.
Tim PPK Ormawa Tymac mendatangkan Bapak Dr. Ir. H. Wilyus, Sp., M.si. dosen Universitas Jambi yang memiliki fokus studi dan ahli di bidang Perlindungan Tanaman. Dalam penyampaian materinya, Bapak Dr. Ir. H. Wilyus, Sp., M.si. menjelaskan Hama yang menyerang kacang tanah diantaranya sebagai berikut:
- Ulat Grayak (Spodoptera litura)
- Kutu Daun (Aphid)
- Belalang (Locusta migratoria)
- Ulat Grayak (Spodoptera litura)
- Pengorok Daun (Liriomyza sp.)
- Penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah diantaranya sebagai berikut:
- Bercak Daun yang disebabkan oleh C. Arachidicola dan C. personatum
- Karat Daun yang disebabkan oleh Puccinia arachidis sp.
- Sapu Setan yang disebabkan oleh Mycoplasma like organism yang dibawa oleh serangga.
- Tidak hanya dengan menggunakan bahan kimia tetapi pengendalian OPT bisa dilakukan cara sebagai berikut:
- Memilih varietas kacang tanah yang rentan terhadap hama dan penyakit serta produktivitas yang tinggi.
- Melakukan sanitasi sebelum melakukan budidaya dengan membersihkan sisa-sisa tanaman atau penyakit yang ada di lahan budidaya tersebut.
- Memilih waktu tanam yang tepat, yaitu pada musim hujan karena populasi hama dan kerusakan penyakit kacang tanah lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau.
- Melakukan kultur teknis dengan cara tanam serentak, rotasi tanaman, perairan yang baik, dan tumpang sari.
- Mengamati musuh alami yang berkembang di lahan budidaya yang efektif menekan populasi hama. Musuh alami dapat berupa predator hama, parasit, maupun patogen.
- Penggunaan insektisida yang dilakukan untuk mengendalikan hama perusak daun.
- Melakukan eradikasi sebagai opsi terakhir untuk memusnahkan hama dan penyakit secara kimiawi atau biologis.
Pemateri menyarankan agar para kelompok tani saling bertukar informasi terkait hama dan penyakit yang ditemukan agar bersama-sama berdiskusi untuk menemukan solusi dan melakukan langkah  pengendalian hama dan penyakit. Setelah pemaparan materi para peserta yang hadir dalam sosialisasi bersama-sama berdiskusi terkait pengalaman yang terjadi.
Sesi diskusi dibuka dengan pertanyaan mengenai serangan OPT di lapangan yakni menemukan adanya bintil pada akar kacang tanah, ternyata yang menyebabkan adanya bintil pada akar kacang tanah diduga adalah nematoda yang menyerang dan bersarang disana. Selanjutnya, warga desa teluk menanyakan perihal kacang tanah yang mati serentak yang setelah ditinjau ternyata terdapat busuk dari akar sampai bagian atas tanaman yang warga sebut dengan istilah "Mati Urang". Belum ada jawaban yang pasti mengenai hal itu tetapi bisa diduga bahwa yang menyebabkan itu adalah bakteri yang berkembang akibat kadar ph tanah yang rendah serta menimbulkan bekas busuk pada tanaman. Dengan ini disarankan melakukan sanitasi pada area budidaya dengan menaikkan ph tanah agar menekan populasi bakteri. Serangkaian acara yang telah dilaksanakan diakhiri dengan pembacaan doa dan dokumentasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H