Pada hari Sabtu 19 Agustus 2024, Tim PPK Ormawa IMM FAI UMY Melaksanakan Kegiatan Revitalisasi Taman Baca Sedap Malam, diikuti dengan literasi bersama dan praktek penanaman hidroponik di Perdukuhan Srontakan, Desa Argomulyo. Kegiatan ini dihadiri oleh anggota PKK Desa Argomulyo.Â
Adapun narasumber yang mengisi kegiatan Revitalisasi ini yakni Firman Prayoga selaku founder dari Inofarm yang membahas terkait penanaman hidoponik. Kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali taman baca yang semangatnya berkurang seiring waktu berjalan. Kegiatan ini diakhiri narasumber dengan mengajak para peserta untuk praktek menanam secara hidroponik dengan sayur lodeh.
Taman Baca Sedap Malam yang terletak di Dusun Srontakan, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, menjadi saksi perubahan positif yang sedang bergulir di tengah masyarakat. Selama bertahun-tahun, taman baca ini menjadi tempat yang tenang, di mana anak-anak belajar dan dewasa mencari inspirasi.Â
Namun, di tengah tantangan era digital yang cenderung membuat minat baca menurun, Taman Baca Sedap Malam memutuskan untuk melakukan revitalisasi guna menghidupkan kembali semangat literasi di kalangan masyarakat. Langkah ini mencakup serangkaian kegiatan menarik seperti literasi bersama dan bedah buku, yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat serta menghidupkan budaya baca dan diskusi kritis.
Salah satu kegiatan unggulan dalam upaya revitalisasi ini adalah bedah buku tentang tanaman hidroponik, yang diadakan beberapa waktu lalu. Kegiatan ini bukan hanya sebuah sesi bedah buku biasa, tetapi juga menjadi gerakan literasi yang menginspirasi serta mendorong perubahan gaya hidup masyarakat menuju yang lebih berkelanjutan.Â
Menghadirkan pembicara dari Inofarm, sebuah komunitas yang bergerak di bidang pertanian modern, acara ini memberikan wawasan mendalam tentang hidroponik --- sebuah metode bertani yang tidak memerlukan tanah dan menggunakan air yang diperkaya dengan nutrisi. Teknologi ini menjadi solusi cerdas untuk bercocok tanam di lahan sempit, terutama bagi masyarakat perkotaan atau mereka yang tinggal di daerah dengan ketersediaan lahan yang terbatas.
Dalam sesi ini, buku mengenai tanaman hidroponik bukan hanya dibahas dari segi teori, tetapi juga dijelaskan secara praktis. Pembicara dari Inofarm memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana teknik ini dapat diterapkan di rumah-rumah warga, dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan dan biaya yang relatif terjangkau.
Diskusi tersebut membuka mata banyak peserta tentang manfaat hidroponik, mulai dari efisiensi penggunaan air, potensi hasil panen yang lebih cepat, hingga kemampuannya untuk menghasilkan tanaman yang bebas pestisida dan lebih sehat.Â
Banyak peserta yang sebelumnya hanya mendengar istilah "hidroponik" tanpa benar-benar memahami, kini melihat bahwa teknik ini tidaklah serumit yang mereka bayangkan. Kesempatan untuk mempelajari teknik bercocok tanam yang ramah lingkungan dan hemat lahan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak warga yang tertarik untuk memulai kebun hidroponik mereka sendiri.
Selain memaparkan teori, acara ini juga diisi dengan sesi praktik langsung. Dalam sesi ini, pembicara dari Inofarm memandu para peserta untuk membuat sistem hidroponik sederhana dengan menggunakan pipa bekas, wadah plastik, dan larutan nutrisi. Para peserta dengan penuh semangat mengikuti setiap langkah yang diberikan, mulai dari menyusun perangkat hingga menanam bibit.Â
Tidak sedikit dari mereka yang merasa kagum dengan kemudahan dan potensi hasil yang ditawarkan oleh metode ini. Praktik ini menjadi pengalaman berharga bagi warga, khususnya bagi mereka yang memiliki ketertarikan pada pertanian namun terbatas oleh lahan atau waktu.
Greenhouse ini diharapkan dapat menjadi tempat di mana masyarakat dapat belajar dan mengembangkan teknik bertani modern secara berkelanjutan. Ini bukan hanya soal menanam tanaman untuk konsumsi pribadi, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pembangunan greenhouse juga dipandang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal. Dengan memproduksi sayuran sendiri, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar, terutama di saat terjadi krisis pangan atau harga sayuran melonjak.Â