Dewi Nurmalasari (Mahasiswa doktoral Teknologi Pendidikan UNESA)
Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd.
Dr. H.Lamijan Hadi Susarno, M.Pd
Kompasiana.com. Baru-baru ini dunia pendidikan menjadi topik yang menarik untuk dibincangkan karena Mendikdasmen Baru Prof. Dr Abdul Mu'ti, M. Ed yang memiliki wacana reformasi pendidikan Indonesia. Tema besar yang diusung adalah pendidikan bermutu untuk semua. Visi yaang diturunkan dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan yang merata untuk semua. Salah satu penekatan pembelajaran yang ditawarkan adalah deeper learning. Menyambut gagasan Mendikdasmen mengenai deeper learning sebagai sebuah pendekatan belajar yang relevan untuk menghadapi tantangan pendidikan di era globalisasi yang serba digitalisasi dan otomatisasi. Maraknya kecerdasan buatan yang harus diimbangi dengan deeper learning sebagai pendekatan pembelajaran yang mendalam. Menyiapkan generasi yang cakap, mampu memahami konsep dengan cepat, memperkuat kemampuan berpikir kritis, kreatif, mampu berinovasi, dan meningkatkan kemampuan berkolaborasi untuk memecahkan masalah.(Rhamadani Arisqa Novi, 2024)
Gagasan tentang deeper learning dalam proses belajar mengajar, membuat kepo bagi praktisi pendidikan. Mengundang rasa ingin tahu, ingin mempelajari, dan membuat rancangan kedepan bagi guru-guru yang antosias dan adaptif terhadap perubahan. Bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan deeper learning? Deeper learning merupakan konsep pendekatan pendidikan yang fokus untuk mengembangkan keterampilan yang lebih mendalam dan kompleks pada siswa. Menyiapkan generasi seperti yang disebutkan di atas hal yang sangat penting untuk menghadapi masa depan lebih baik.
Deeper learning mencakup beberapa elemen kunci yang dirancang untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan di dunia, termasuk dunia kerja yang terus berkembang, melalui pengembangan keterampilan yang lebih mendalam dan komprehensif. Deeper learning harus diposisikan dalam konteks pendidikan yang holistik, dimana memandang secara utuh siswa sebagai individu yang uniq, yang terus bertumbuh dan berkembang, bukan hanya sebagai penerima informasi semata. (Mbula Darmin, 2024)
Mindful learning adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan kesadaran penuh terhadap proses belajar, agar siswa benar-benar memahami serta mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diajak fokus dengan apa yang dipelajari, tidak hanya memahami materi yang dipelajari, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Mindful learning memberikan bekal yang kuat untuk mengahadapi tantangan hidup, serta membantu mendewasakan emosional dan ketahanan mental yang lebih baik. Peserta didik yang diajarkan untuk bersikap mindful lebih baik dalam meningkatkan prestasi akademik, mengatur emosi dan baik dalam menghadapi stress. (Admin, 2024)
Meaningful learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memastikan bahwa siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan dalam konteks yang relevan. Ditandai dengan pemahaman yang mendalam, mampu mengaitkan dengan ilmu yang telah dipahami sebelumnya, dan keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
Meaningful learning bukanlah hal baru, telah dicetuskan oleh David Paul Ausubel terlahir (1918-2008) yang dikenal dengan teori Ausubel. Dokter sekaligus psikolog dari Amerika Serikat yang memberikan kontribusi besar tentang psikologi pendidikan. Meaningful learning atau pembelajaran bermakna yang menggambarkan bagaimana sesorang menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya. Penerapan pembelajaran bermakna ini seseorang akan mencari relevansinya dari informasi-informasi yang telah didapatnya dengan penengetahuan yang sebelumnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Menurut Ausubel pembelajaran yang paling efektif adalah dengan cara memaknai informasi bukan menghafal saja. (Syaikhul Basyir Muhammad, n.d.)
Joyful learning menekankan pada terciptanya suasana yang menyenangkan dan kebahagiaan yang dirasakan pada proses pembelajaran. Unsur-unsur yang mendukung terwujudnya joyful learning adalah pembelajaran dirancang untuk membangkitkan motivasi dengan suasana yang menyenangkan. Siswa didorong untuk mengeksplorasi kreatifitas dan inovatif sehingga pembelajaran lebih menarik dan membahagiakan. Pemahaman yang membahagiakan ini terjadi jika dalam pembelajaran tersebut siswa menikmatinya, tidak ada tekanan baik secara fisik maupun mental. Kecakapan guru sangat diperlukan bagaimana mampu menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga siswa tertarik terlibat langsung dalam proses pembelajaran. (Abdillah Candra, 2022)