Mohon tunggu...
Ahmad Taufik
Ahmad Taufik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

hanya lulusan pedidikan Matematika yang tak mau jadi guru. yach lanjut kuliah lagi, sambil cari penyambung hidup di Jawa. mempunyai cita-cita menjadi hamba yang meng-hamba.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Efek #PesanFB

7 Mei 2013   11:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:58 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini Rindu tak bergemuruh Dinda, dan peluh tlah brcampur dengan doa. Tapi belum juga ku lihat rangkaian mawar yg berdarah - darah. 8-12-2011, Masih ingat juga tak tau kalau segitunya idealism kau pegang. Sadarlah, kau bukan Hegel atau Marx.. Ini zaman kita. *Masa lalu tertinggal* Apakah benar itu sebuah kenikmatn ? Ya, q pun tak pernh membath idealism itu, tetapi aku pun juga selalu tekankn hal yang realistis. Kita inikan materi kekasih. Kita harus tahu kita kan !!

"tidak kak, aku gak . Aku tahu segala resikonya, ini impianku, dan ini bukan pengorbanan, kalau kakak ga bias ikutpun aku tetap pergi kesana, ga pa2." Ucapmu yang masih selalu aku ingat dibarengi dengan rasa sesal.

Mungkin waktu segera menghapusnya, tapi anehnya kita punya keyakinan yangg sama. "anta ma'a man ahabta".Namun kalau sekarang, objeknya siapa ? entah ? sepertinya kita telah punya objek masing – masing.

Kenangan itu tak perlu dilupakan, entah itu menyenangkan atau menyakitkan. Sebab itu adalah warna hidup. Deagan adanya kini, perlu aku katakan pujiyang tak menghina. Bukan hal keadaan dan kejelasannya. Tapi hati yg tak berwarna biru memacu kata. Takkan lama rasanya fajar hati, sayu dan tertegun mata memandang hingar bingar api. Sendu rindu, namun mungkinkah berbalik arah sedang tekad telah menjiwa.

Aku masih tak lelah menyebutnya. Ya, itulah keindahan. Mataku masih perlu dimanjain. Jangan ulang sanggahan itu. Diaaam.. Biarkn mawar menjadi hitam.Pertarungan ini belum berhenti kekasih. Detak nadi seakan bertalu talu, sungguh peka' telinga mendengar ocehan lalat. Tiba hunuskan Cinta ke hati.

Ehm, tak muncul juga sang gladiator itu. Tp tak perlu menunggu, dua warna tak akan terbang bersama sayap semu. Derma nadi untuk Cinta.

Pagi ini cerah. Seharusnya semangat. Tapi pesan semalam seakan membawa ke masa lalu. Dan itu sebagian dari harapan tekadku disini. Kau memang tak secantik Bunda @sally_chann dan tak secantik Nurita Aini. tapi aku masih Kamu Kekasih. Bahkan pukulanmu saat itu sangat terasa, cakaran kuku panjangmu pun terasa. Tapi bukan sakitnya kulit terkelupas, namun terasa indah kala itu.

Kini Kenangan kenangan kita terasa nyata di setiap detiknya. walau #PesanFB itu seakan ledakan hebat Kekasih. Terfikir untuk penuhi inginmu untuk melupakn semuanya. Aku telah berulang kali mencoba, hingga cara konyolpun aku lakukan. Tetapi aku gak bisa. Sungguh kekasih ! Jangan paksa untukmelupakan tentang kita, kekasih. Terlalu jauh yang kita lakukan dulu. Jagan memohn untuk tak mengingat masa kita kekasih. Kalau kau telah sanggup melupakan, itu hak mu dan jangan memintaku untuk hal itu kekasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun