[caption id="attachment_380613" align="aligncenter" width="394" caption="(dokumentasi pribadi)"][/caption]
"Gula darah bayinya sempat rendah,dok, 55 dan 75 mg/dl, jadi diinfus cairan gula fisiologis, tetapi dilarang kasih susu formula oleh dokter anak."Lapor bidan di bangsal terhadap bayi pasien yang menderita diabetes berusia 20 tahunan pertengahan.
Si ibu sudah dua tahun ketahuan diabetes, akibat bayi pertamanya meninggal di kandungan saat usia sudah 9 bulan dan berat badannya 4 kilogram lebih.
Kehamilan kedua ini dia dikontrol ketat kadar gulanya dengan insulin dan menjaga makan sedemikian rupa supaya cukup protein tetapi sedikit karbohidrat supaya bayinya tidak terlalu besar.
"Kenapa bayinya diperiksa gulanya?"Tanya saya.
"Kalau ibu-ibu yang diabetes dan yang bayinya lahir berat badan lebih 3,5 kilogram biasanya gula si bayi diperiksa, karena terkadang lebih dan terkadang rendah."Jawab si bidan.
Setelah saya berdiskusi dengan dokter anak yang merawat si bayi diinformasikan kalau bayi yang gula darahnya rendah dari ibu yang diabetes biasanya diinfus cairan gula 5% fisiologis sampai diyakini gula darahnya aman, lalu diberi ASI ibu dan dipeluk ibunya sedini mungkin supaya tubuh si bayi secara 'reflex' memperbaiki kadar gulanya.
"Jadi jangan buru-buru dikasih susu formula dan memang bayi baru lahir bisa sedikit hipoglikemia, tetapi tidak usah terlalu dikhawatirkan. Kecuali untuk bayi yang ibunya diabetes dan disuntik insulin, maka diinfus cairan gula fisiologis."Katanya.
Karena seringkali, rumah sakit-rumah sakit tertentu memeriksa gula darah semua bayi baru lahir tanpa indikasi yang jelas, lalu kalau kadar gulanya mendekati 60 mg% dijadikan alasan memberi susu formula.
Padahal kalau si ibu tidak diabetes, cukup kolostrum (ASI awal/baru) dan pelukan si ibu jadi obat paling mujarab untuk menaikkan gula si bayi dan membuat pengaturan gulanya secara fisologis menjadi normal.
Semoga bermanfaat!