"Dok, saya kontrol untuk minta obat nyeri lambungnya, buat jaga-jaga...."Kata pasien BPJS ibu-ibu usia 50 tahunan awal yang menderita gastritis kronis dibuktikan dengan pemeriksaan endoskopi di lambungnya ada perlecetan.
"Tumben, ibu datang kontrol baru tiga minggu, biasanya tiap 5 hari atau seminggu sudah kontrol."Jawab saya.
" Saya puasa, dok. Alhamdullilah tidak pernah batal. Nyeri perut saya yang biasanya menusuk-nusuk kalau kumat, malah tidak pernah muncul lagi." Katanya senang.
"Nah, ini mungkin yang namanya puasa ibu 'dapet banget', bukan cuma dapat lapar dan haus saja. Sampai-sampai asam lambung ibu pun netral karena ibadah."Kata saya dan si ibu pun mengangguk-angguk setuju.
"Mudah-mudahan benar-benar 'dapat pahalanya', dok. Amin." Kata si ibu.
"Kenapa tidak setiap bulan ibu anggap bulan puasa? Biar jarang kontrol dan sembuh anpa obat?"Tanya saya.
"Entahlah dok,ya. Setiap tahun begini, kalau diluar bulan puasa emosi saya malah tidak stabil terus. Jadinya kumat perihnya."
Kasus ini adalah satu dari 7 pasien yang saat bulan puasa malah merasa pedih di lambungnya berkurang atau malah hilang. Untuk pasien BPJS, maka obat untuk gastritis kronis tidak bisa diberikan 1 bulan, maksimal 1 minggu. Ada yang sudah setahun ini berobat belum juga mereda nyeri ulu hatinya.
Beberapa pasien gastritis kronis yang lain, malah karena mencoba berpuasa terpaksa dirawat karena muntah-muntah hebat atau diare. Bisa jadi karena asam lambung yang tambah hebat ataupun karena salah makan saat berbuka.
Mungkin inilah pembeda terbesar antara pasien yang 'puasanya dapet banget' dan yang 'puasanya gak dapet banget', yaitu dari segi spiritual, berpengaruh ke anatomis melalui saraf otonomnya. Yang 'dapet banget' puasanya dapat dibuktikan dengan kekerapan kontrol yang makin jarang atau malah sebaliknya yang 'tidak dapet banget' puasanya malah bolak-balik dirawat, kelompok ini malah disarankan jangan memaksakan diri ikut puasa karena terbukti hanya dapat sakitnya saja.