Pertanyaan di atas saya tanyakan pada nenek-nenek usia 60 tahunan yang biasanya berobat sebulan sekali dengan diagnosis diabetes melitus dan jantung hipertensi. Si Nenek pernah dua kali dirawat saat gula darahnya di atas 500-an mg/dL serta mengalami dehidrasi berat.
"Suami saya sudah tidak ada lagi, Dok..." Si Nenek pun menangis sedih.
"Maaf, Nek. Maksudnya, kakek sudah meninggal?"Tanya saya penasaran dan prihatin, karena saat Si Nenek dirawat ataupun rawat jalan, Si Kakek yang usianya 60 tahunan juga, selalu mendampingi dan menuntun Si Nenek, karena semua anak mereka menetap di luar Kota Palembang.
"Iya, Dok. Suami saya meninggal dua minggu lalu, pagi-pagi saya bangunin dia tidak menyahut, sesudah digoncang-goncang kuat masih tidak bergerak lagi, baru saya sadar dia tidak bernapas lagi dan bibirnya sudah biru..." Si Nenek menangis sebentar lalu saya periksa dan gula adarahnya lebih 200, tetapi secara keseluruhan fisiknya cukup baik.
"Si Kakek padahal tidak pernah sakit, ya?" tanya saya.
"Dia sehat-sehat saja, Dok. Tiap hari mengurus saya, mengurus rumah, mungkin kecapean. Saya pikir sayalah yang meninggal duluan waktu setahun lalu dirawat seminggu disini..."Kenang si nenek, saat itu dia demam tinggi, gula darahnya tidak dapat dibaca lagi, tertulis 'HI' oleh alat pemeriksa gula darah yang biasa. Si Kakek selalu menjaganya seharian dan tidak pernah terlihat lelah, selalu segar.
Si Kakek mungkin mengalami kematian akibat kelelahan, baik secara fisik karena 'overwork', dimana saraf simpatisnya beraktivitas berlebihan memacu jantung bekerja keras dan saraf parasimpatisnya menurun aktivitasnya. Kelelahan secara emosional juga dapat terjadi akibat terus menerus melakukan pekerjaan yang sama, karena Si Nenek yang sakit perlu pertolongan dari Si Kakek secara terus menerus.
Kelelahan akibat 'kerja rumahan' seperti ini bisa dianggap lebih berbahaya daripada kelelahan akibat kerja di kantor atau pabrik, karena waktu kerjanya bisa tidak terbatas, bukan 40 jam seminggu, bukan 8 jam sehari, tetapi bisa 24 jam harus terjaga selalu. Jadi, jantung yang bekerja terus menerus aktif, pembuluh darah yang terus tegang membuat kematian mendadak sewaktu-waktu dapat terjadi.
Bagi teman-teman yang memiliki orang tua yang hanya tinggal berdua seperti ini, seharusnya mempertimbangkan ada 'asisten' yang membantu kedua orang tua itu atau sekali dalam sebulan si orang tua yang 'sehat' diliburkan seminggu mengurus orang tua yang sakit untuk mengurangi kelelahan emosional.
Karena alangkah sedihnya, jika kita harus kehilangan orang tua yang masih sehat, akibat kelelahan mengurus orang tua lainnya yang sedang sakit, sementara anak-anak kedua orang tua itu semua di luar kota, Kesan menelantarkan pasti akan dikenang sepanjang masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H