(dokumentasi pribadi)
"Periksa di kursi roda saja ya, susah dipindahkan ke tempat tidur."Kataku pada perawat panti jompo yang membawa si kakek berobat.
"Iya, dok. Kaki si kakek lemah sekali, buang air besarnya masih berdarah sedikit-sedikit hitam kecoklatan."Kata si perawat.
Kakek ini kontrol setelah dirawat seminggu demam berdarah dan perdarahan lambung akibat gastritis erosif, lalu ada koreng di punggung akibat tidur lama dan berbagai kompl;ikasi penyakit orang tua (geriatri) lainnya.
Di usianya yang 70-an akhir, kakek ini sudah tidak mau berbicara lagi dan terlihat pikun, menurut dokter spesialis syaraf sudah demensia, sangat berbeda saat dia masih aktif dinas sebagai aparat yang berwenang, dia sangat tegas dan keras mendidik anak-anaknya.
"Semua anaknya jadinya tidak mau merawat dan dititip ke jompo kami."Kata si perawat. Ya,kebetulan beberapa panti jompo di Palembang seringkali meminta perawatan dan kontrol penyakit geriatri manula yang dititipkan disana pada saya.
Untungnya, biaya bulanan masih diberikan oleh anak-anaknya, supaya si orang tua yang pensiunan aparat ini lebih diperhatikan oleh perawat khusus.
Saya tidak mengerti sekeras apa perlakuan si kakek pada semua anaknya sehingga mereka semua tidak mau mengurusnya saat tua dan tak berdaya. Atau memang sebenarnya karena kesibukan sajalah yang membuat mereka 'tega' menitipkan orang tuanya yang tersisa pada panti jompo.
Namun kalau memang anak-anak itu memilih menitipkan si kakek karena 'kerasnya' perlakuan si kakek di masa lalu, maka sebaiknya kita mulai berhitung untuk menjaga perasaan anak-anak kita saat ini, supaya jangan nanti di masa tua kita ditolak dirawat di rumah anak-anak kita sendiri karena mereka trauma dengan sikap keras kita.
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H