Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dahulu, yang Ada Hanya Suster, Belum Ada Dokter

21 Juni 2016   12:02 Diperbarui: 21 Juni 2016   12:06 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di Palembang, saat in sedang ramai perbincangan tentang 'postingan' di 'facebook' dari seorang keluarga pasien yang tidak terima dijawab ketus oleh perawat jaga, ketika minta ibunya dibersihkan BAB-nya."Kalau tidak suka, pindahlah ke rumah sakit lain." Kurang lebih begitu kalimat si perawat yang membuat tersinggung.

'Postingan' itu di-'share' beruntun dan yang komentarpun lebih ratusan. Kebetulan teman saya adalah teman si keluarga pasien dan tulisannya nongol di 'wall FB' saya.

Syukurlah ada pihak rumah sakit di tempat ibu tersebut dirawat yang 'merespon' tulisan itu lalu menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan, lalu esoknya si pembuat postingan, perawat yang dikeluhkan dan si mediator pun memposting foto bersama sambil tersenyum di 'FB'.

Masalah selesai? Bisa jadi, tetapi ternyata profesi perawat itu tidak boleh ketus, mengapa? Karena pada merekalah si sakit 24 jam tergantung hidupnya.

Berkaca dari rumah sakit kami yang dirintis oleh 5 suster dari Belanda, yang merintis pelayanan rumah sakit di Palembang awal abad 20, saat itu dokter belum ada. Prinsip yang ditanamkan para suster bukanlah ketepatan terapi, tetapi bagaimana melayani dengan baik dan ramah sesuai keluhan pasien dengan obat-obat penghilang gejala.

Pada prinsipnya, perawat itu adalah suster ('sister') yang bisa diartikan sebagai saudari, tempat bertanya, minta tolong dan diperhatikan.

Kesal boleh, tetapi sebaiknya jangan spontan diumbar di depan pasien dan keluarga. Saya yakin ini memang sulit, tetapi memang profesi perawat haruslah merupakan pilihan hidup, karena asal katanya adalah 'suster atau sister atau saudara perempuan', dia harus mengalah, melayani dan tidak boleh capek (di depan pasien).

Kalau sudah keceplosan ketus tidak ada salahnya minta maaf, karena kalau sudah masuk media sosial, tidak enak ngetopnya, walaupun untuk berdamai tidak sesulit politisi kalau adu mulut di 'medsos'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun