"Dok, kata dokter keluarga, saya harus 'tritmil', jadi minta dirujuk," kata pasien umur 50-an tahun yang sering nyeri dada kalau naik tangga kantornya di lantai 3. Kantornya tida ada lift.
Kebetulan rumah sakit kami belum ada alat 'tritmil' dan merujuk pasien karena alasan itu saat ini dianggap rujukan "parsial". Rumah sakit kan yang harus membayar rumah sakit rujukan.
"Bapak pernah lari pagi?" tanya saya.
"Saya susah bangun pagi, Dok. Tidur baru jam 2 malam. Absen di kantor jam 7.30. Mana sempat?" jawabnya.
Hari Sabtu dan Minggu pun dia memilih santai di tempat tidur daripada berolahraga dan makan enak. Gula darahnya masih normal, tetapi tekanan darahnya mulai naik di atas 140 dan gambaran rekam jantungnya ada sumbatan di bagian bawah.
"Setiap pagi, coba bangun jam 5, malam jam 10 harus tidur dan lari pagi ringan sekitar rumah 10 menit. Kalau sanggup, berarti jantungnya bagus dan mampu kompensasi, kalau tidak sanggup maka saya rujuk untuk pasang cincin jantung atau cangkok pembuluh darah ke jantung (bypass)," jawab saya.
Kalau alasan rujukan untuk kedua operasi di atas, maka dianggap layak dan rujukan penuh. Namun nampaknya si bapak takut operasi.
"Saya coba lari pagi sajalah, Dok. Amit-amit kalau operasi jantung. Takut...."
Sebulan kemudian saat kontrol berat badannya turun 5 kilogram, jam tidurnya sudah baik dan lari paginya rutin sudah mampu minimal 30 menit sehari.
"Saya tidak perlu operasi kan, Dok?"Tanyanya.
"Oh, tidak usah lagi. Kinerja jantungnya sudah bagus kalau bisa lari tiap pagi 30 menit. Pembuluh darahnya mungkin sudah melebar lagi atau terbentuk pembuluh darah baru yang baik di jantung."