Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berhenti Mencumbumu di Kali Jomblo

21 Februari 2016   00:17 Diperbarui: 21 Februari 2016   00:54 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kali Jomblo (ilustrasi pribadi)"][/caption]

"Sebenarnya kita-kita ini sudah terbuka hijau loh,om. Kalau disodorin yang hijau-hijau, ya kita-kita pada bukain, hehehehe......."Kata salah seorang wanita penjaja cinta di salah satu cafe di Kali Jombloh yang akan digusur pada wartawan yang mewawancarai, temannya seprofesi pun cekikikan.

"Kalau saya sih maunya yang merah-merah. Kalau yang hijau sudah basi. Hehehehe...."Kata yang lain.

"Siap pindah?"Tanya Boy, si wartawan perang, yang karena baru cedera keserempet peluru di liputan perang Syria, ditugaskan kantor beritanya ke Kali Jomblo, karena kabarnya preman-preman sana siap berperang dengan petugas penertiban.

"Pindah ya siap-siap sajalah,mas. Profesi kita ini katanya penyakit masyarakat, tetapi sebenarnya kita ini pengobat bapak-bapak di masyarakat,kok. Kalau tidak ada kita-kita, mereka bisa stress dan menyiksa istri-istrinya di rumah, atau malah memperkosa anak-anak gadis di jalan-jalan."Argumen yang aneh, tetapi masuk akal. Bapak-bapak dan para lajang pria yang nafsunya tak tertahan, disalurkan kemana lagi coba?

"Kalau maminya suruh bertahan disini sampai tetes darah penghabisan?"Pancing si Boy.

"Ogah,ah. Mendingan lari. Urusan bertarung dan bertahan itu jatahnya preman, kalau kita sih bisanya cuma goyang, hehehehe...."Jawab Ayu, yang usia sudah 35-an tapi karena dandanan menornya, tetap terlihat bak boneka barbie yang kelelahan.

"Kan ada yang membela, tokoh masyarakat yang peduli, yang tenar, penghibur kelas satu, itu cukup membuat kalian merasa diperhatikan?"Selidik si wartawan agak usil.

"Hmmmmm....Politik begituan sudah bosan,om. Selesai pemilihan umum kita pasti ditinggali. Menang pun mereka kita pasti dicueki, apalagi kalau kalah. Sudah bosan dikerjai politikus, mending dikerjai om-om senang, jelas hasilnya. Hehehehe..."Cekikikan mereka lagi.

"Sudah dapat tempat pindahnya?"Boy pun siap mencatat alamatnya.

"Cari 'on-line' saja, om. 'Eks-Kali Jombloh dot com', hehehehe......Lebih enak main 'on-line' kayaknya. Lebih mahal dan tidak pakai digusur dan tidak ada jalur hijau, jalur merah atau jalur pelangi, jalur nya abu-abu....dan tidak perlu dimanfaatkan politikus lagi, kalau mau dipesan politikus oke aja.Hehehehe..."Cekikikan Bunga, yang masih 18 tahun dengan renyah. Dia masih muda, mengaku masih perawan pun bisa, kalau dapat selaput dara buatan China yang seharga 300 ribuan dengan warna darah mirip benaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun