[caption caption="Tiga pasien satu nama (ilustrasi pribadi)"][/caption]"Dok, saya tidak diperiksa kadar gula darahnya?"Tanya pasien usia 50-an pertengahan bernama N*rhayat* dengan penasaran.
"Ibu tidak ada riwayat diabetes melitus, bu. Gula darah ibu pernah diperiksa 6 bulan lalu dibawah 140 mg/dl yang sewaktu."Jawab saya dengan sabar.
"Saya pasien kencing manis, dok. Setiap bulan makan obat penurun gula darah..."Jawab si pasien ngotot.
"Nama ibu N*rhayat*? Umur 52 tahun dan tinggal di 'X'?"Tanya saya sambil menyebutkan alamat yang lengkap.
"Oh, bukan,dok. Nama saya memang N*rhayat*, tetapi umur saya 56 tahun dan tinggal di 'Y'..."Katanya menyebutkan alamat yang berbeda dan usia yang berselisih 4 tahun.
"Nah, bu. Ibu masuk sebelum waktunya, yang dipanggil tadi oleh perawat adalah N*rhayat* yang lain..."Kata saya.
Si ibu pun minta maaf dan kemudian kembali ke ruang tunggu, lalu si ibu N*rhayat* yang sesuai pun masuk dan diperiksa dengan riwayat sakit rematik serta asam lambung, namun tidak ada diabetes melitus dan darah tinggi.
"Iya, tadi waktu dipanggil perawat nama saya, dengan umur saya dan alamat saya, saya mau masuk, tetapi ibu tadi duluan 'nyelonong'...."Kata si ibu menjelaskan.
Rupanya antrian pasien yang sampai 40-50-an di pagi hari membuat si ibu N*rhayat* pertama menjadi tidak sabar dan mengira hanya dialah satu-satunya pemilik nama itu di poliklinik pagi.
Untung cepat ketahuan dan kedua ibu tadi tidak jadi salah obat karena saya memeriksa dengan melihat riwayat penyakit yang berbeda di statusnya.
"Tolong kasih tahu farmasi hari ini ada dua pasien saya namanya N*rhayat*, jadi jangan salah kasih obat. Yakinkan nama, umur dan alamatnya sama dan yang mengambil obat juga diperiksa kembali identitasnya."Kata saya kepada perawat pendamping poli.