"Sudah lama tidak kontrol, pak?"Tanyaku pada pasien yang terakhir konsultasi 4 bulan lalu.
"Iya, saya hanya kontrol kalau nyeri dadanya kumat lagi, dok. Ini terasa gak enak di dada kiri beberapa menit kalau sedang kerja atau nyetir."
Si bapak usia 50 tahun awal ini setahun lalu pernah dirawat dengan penyempitan pembuluh darah jantung dan kolesterol tinggi serta perokok berat. Sekarang dia tidak perokok dan jarang nyeri dada kirinya sebelum seminggu lalu dia diajak temennya rutin ke pusat kebugaran latihan angkat besi/berat dan treadmill.
"Latihan berapa lama?"Tanya saya.
"Treadmillnya bisa 20 menit lebih, angkat besinya bisa diatas 30 kilo beberapa menit,dok. Awalnya enak dan terasa segar, tetapi dua hari ini nyeri dadanya kambuh-kambuh lagi dan saya berhentikan dulu ke 'fitness-nya'.
Setelah diperiksa, suara jantungnya lebih kuat, rekaman jantungnya ada gambaran jaringan jantung kekurangan oksigen (iskemia) yang dalam dan enzim jantungnya meningkat, si bapak disarankan dirawat langsung ke ICU (intensif care unit ).
"Saya tidak bisa pulang dulu ngambil barang-barang,dok?"Tanyanya.
"Jangan, pak. ini yang sering kejadian mirip 'angin duduk'. Bapak hanya merasa nyeri-nyeri dada, tahu-tahunya nanti jantungnya serangan dan berhenti mendadak. Kalau kondisi begini, malah tidak boleh jalan lagi."Kataku.
Nah, seringkali pasien yang sudah pernah ada kasus penyumbatan pembuluh darah jantung tidak terlalu memikirkan penyakitnya kalau sudah perbaikan.
Nasehat dokter untuk jangan putus kontrol dan minum obat untuk jantung dianggap remeh dan akal-akalan si dokter saja supaya tidak kekurangan pasien. Bahkan si pasien ini malah diajak temannya latihan beban untuk meningkatkan kebugaran tanpa konsultasi dulu dengan dokter.
Penyempitan pembuluh darah jantung terkadang tidak bisa kembali ke ukuran normal lagi, kecuali dilebarkan dengan 'balon' dan dikasih 'cincin'. Nah, pembuluh darah yang sempit ini tidak bisa memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jantung 100% lagi, bisa 80% atau malah dibawah 50%.