Ilustrasi - jarum suntik (Shutterstock)
"Minggu depan ada presentasi kasus pasien meninggal diduga kasus HIV, Dok," kata perawat yang mendampingi 'visite' pasien pagi.
"Wah, pasien HIV-AIDS mulai banyak, ya?" tanyaku.
"Iya, Dok. Saya ngeri juga, karena waktu awal masuknya, pasien itu saya yang pasangin infusnya dan injeksi obat suntiknya. Tidak tahunya 3 hari kemudian diperiksa, ada kemungkinan HIV dan hari ke-7 pasiennya meninggal," si perawat bergidik.
"Tangan kamu tertusuk jarumnya?" tanya saya.
"Alhamdulillah enggak, Dok. Sejak sekolah dulu diajarin cara menghindari kecelakaan tertusuk jarum suntik."
Lalu dia lancar sekali menceritakan standar di rumah sakit kami yang harus memakai sarung tangan yang tebal kalau mau memegang jarum sisa pasien, kalau perlu pakai alat bantu, lalu jarum dan 'spuit' dipisahkan, jarum bekas infus diletakkan di tempat logam yang disebut 'bengkok' dan harus konsentrasi kalau sudah main benda-benda kecil, tajam namun infeksius itu.
"Makanya kalau jaga malam, paginya atau siangnya tidur yang cukup, supaya tetap konsentrasi," kataku.
[caption caption="Petugas kesehatan (dokumentasi pribadi)"]
Â
Beberapa pakar kesehatan di Indonesia memperkirakan kalau seseorang tenaga kesehatan tertusuk jarum atau tersayat pisau bekas pasien, maka biaya perawatan luka, pemeriksaan laboratorium dan pemberian obat-obatan pencegahan terhadap penyakit yang ditakuti, bisa mencapai 10 jutaan.