[caption id="attachment_335169" align="aligncenter" width="562" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
"Saya dan istri disuruh dokter anak kesini konsultasi ke dokter."Kata bapak-bapak usia pertengahan 20-an dengan wajah harap-harap cemas.
"Keluhannya apa, pak?"Tanya saya, karena secara sekilas keduanya sehat, tekanan darah normal dan tidak demam.
"Anak kami ini sudah 3,5 tahun masih kurus sekali, dok. Padahal makannya biasa, tetapi berat badannya hanya 11 kilogram. Memang ada sedikit batuk, tetapi tidak sering-sering amat."
[caption id="attachment_335151" align="aligncenter" width="453" caption="Anak 3,5 tahun berat 11 kilogram (dokumentasi pribadi)"]
Lalu si dokter anak memeriksa diduga ada tuberkulosis paru dan diperiksa ronsen paru-paru serta 'mantoux test'.
'Mantoux test' adalah pemeriksaan dengan menyuntikkan cairan yang mengandung protein kuman tuberkulosis ke dalam kulit, lalu diperiksa kembali beberapa hari kemudian, kalau terdapat penonjolan kulit lebih 10 mm diameternya, maka si anak dianggap terinfeksi tuberkulosis.
[caption id="attachment_335152" align="aligncenter" width="604" caption="Tes mantoux positif (dokumentasi pribadi)"]
Tes ini diperlukan, karena pada anak-anak biasanya gambaran ronsen dadanya tidak sejelas orang dewasa dan pemeriksaan dahaknya sulit didapatkan yang dari dalam saluran napas bawah, kebanyakan dikeluarkan ludah saja.
Kebetulan memang foto ronsen dada si anak ada gambaran 'rame' berkabut di paru-paru dan dikategorikan tuberkolosis paru.
[caption id="attachment_335153" align="aligncenter" width="604" caption="foto ronsen dada anak TB paru (dokumentasi pribadi)"]