"Kenapa mukanya pucat?" Tanyaku kepada calon perawat yang sedang praktek di rumah sakit, saat itu dia dan perawat yang seniornya bertugas membersihkan luka koreng pasien diabetes melitus yang sudah bernanah 3 minggu. Awalnya hanya gatal di kulit lalu dia garuk-garuk sampai lecet, lalu jadi koreng, dia garuk lagi dan korengnya tambah lebar, kena debu, kotoran di jalan, dihinggapi lalat dan menjadi luka bernanah yang namanya gangren.
Di dunia medis ini namanya komplikasi angiopati, neuropati dan bisa berlanjut osteomyelitis kalau tulang sudah hancur dan bisa berakibat amputasi.
Seperti pendidikan dokter yang harus menjalani praktek sebagai koas, maka pendidikan perawatpun harus menjalani magang mengurus pasien, dari yang keterampilan dasar memasang oksigen, memasang infus, memandikan pasien, mencebok pasien yang tidak bisa bergerak, sampai keterampilan agak sulit memasang selang makan, memasang selang kencing dan membersihkan atau kompres luka seperti koreng tadi.
Kebetulan si calon perawat tadi agak "shock" harus mencium bau luka bernanah yang tiga minggu tidak terurus berpadu bau kopi bubuk yang tidak kalah menyengatnya, secara mendadak dan hampir pingsan karena asam lambungnya biasanya langsung naik dan saraf-saraf otonomnya membuat dia keringat dingin dan pusing.
Pengalaman saya, memang ada beberapa orang yang tidak siap dengan kondisi "ngeri-ngeri sedap" di dunia kedokteran. Darah yang mengucur atau menyemprot, luka koreng bernanah yang bau, organ tubuh yang patah atau terlepas karena kecelakaan atau pasien yang kejang-kejang atau sesak hebat, baik itu dialami oleh dokter atau perawat.
Biasanya kondisi seperti ini tidak terbayangkan sebelumnya saat mau ujian masuk di pendidikan bidang kesehatan. Yang terbayang selama ini mungkin hanya romantisme pengabdian terhadap sesama atau bayangan kerennya memakai seragam di rumah sakit yang kesannya mirip malaikat banget. Padahal ada hal-hal "ekstrim" di dunia kesehatan yang tidak seindah "drakor".
Terkadang ada "bully" disana, ada kasus-kasus yang "berdarah-bernanah-bau bangkai" disana, ada kondisi harus kontak fisik dengan keluarga pasien yang marah, ada kondisi dimana diancam secara verbal oleh keluarga pasien yang tidak puas, ada aturan pelaksanaan yang multitafsir sehingga dapat merugikan kalau kita di posisi yang lemah tetapi menguntungkan saat kita posisinya kuat, dan sebagainya.
Tetapi kalau sudah "setengah jalan" dan "nanggung", biasanya mahasiswa kedokteran atau perawat tetap melanjutkan pendidikannya sampai selesai walau mereka harus melewati semua tantangan yang tidak sesuai "zona nyamannya" itu dengan sangat menderita.
Jadi, jangan heran kalau anda melihat banyak dokter atau perawat atau apoteker yang kemudian tidak praktek atau bekerja di rumah sakit, malah jadi influencer atau pengusaha atau pekerjaan lain dan lebih bahagia disana, karena memang dunia medis itu adalah dunia yang terkadang keras, bau, jorok, berdarah-darah dan berurine-urine.
Bagaimana, masih mau memasukkan anak atau cucu kalian di sekolah kesehatan?