Misalnya, ada obat anti kolesterol tertentu pernah ditarik dari pasaran karena setelah bertahun-tahun diedarkan ada laporan efek samping kerusakan otot pada beberapa kasus.
Alasan obat ini ditarik karena toh banyak obat kolesterol jenis lain yang beredar tanpa efek samping sebanyak itu dan efektivitasnya juga gak jauh-jauh amat.
Akan berbeda dengan beberapa obat kanker misalnya yang diketahui efek sampingnya pada ginjal, hati atau jantung besar tetapi tetap dipakai karena memang obat lain belum ada yang lebih baik efeknya, jadi masih tetap dipakai karena "we have no choice".
Kesimpulannya, kalau memang sangat-sangat ingin kurus instan lalu ingin mencoba obat "singset" yang dipromosikan di media sosial, periksa dulu status hati dan ginjalmu.
Normalnya kadar kreatinin di serum sebagai pertanda ginjal sehat antara 0,8-1 satuan dan kadar bilirubin sebagai petanda ginjal sehat di bawah 1. Kalau sudah ada kelainan di hati sama ginjal, jangan coba-coba, deh.
Kedua, teliti dulu produk obat diet yang mau dikonsumsi, penelitiannya sudah batas mana. Apakah hanya si artis yang pernah pakai dan kebetulan sukses turun berat belasan kilogram. Atau sudah 6000-an orang dan berhasil 6000-nya tanpa efek samping atau sudah dicoba ke 6000 orang, berhasil 3000, gagal 3000 dan 1000-an jadi perlu cuci darah?
Jadi, itulah yang membedakan obat yang sudah aman diresepkan sampai penelitian yang paripurna dengan obat yang penelitiannya hanya beberapa artis, karena kalau sudah kena efek samping, maka obat yang sudah aman akan punya metode "anti dotum-nya" atau dapat memberi kompensasi, sementara obat atau ramuan yang penelitiannya beberapa orang dan langsung beriklan ya belum tentu Anda akan diurusi kalau ada efek samping, karena dianggap hubungan "suka sama suka" dan resiko ditanggung sendiri.
Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H