Sejak awal Pebruari 2022 ini bangsal yang merawat pasien Covid-19 rumah sakit kami mulai penuh.Â
Awalnya dengan gejala sesak, demam, batuk berdahak dengan kadar oksigen darah dibawah 90 persen tetapi dalam 3 sampai 5 hari membaik
Tetapi ketika memasuki akhir Februari, mulai banyak pasien dengan Comorbid usia lansia: Diabetes melitus, sakit saluran napas kronis dan jantung yang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan kehilangan kesadaran, nyeri dada, kejang-kejang maupun batuk darah.Â
Beberapa pasien meninggal kurang 48 jam sejak perawatan karena untuk dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya, sebagian besar sudah penuh.
Selain itu, memang, untuk mentransfer pasien tersebut tidak memenuhi syarat karena tekanan darahnya rendah di bawah 100 mmHg sistole ataupun karena perlu dipasang alat bantu nafas khusus di ambulans yang diawasi dokter dan perawat terlatih. Sementara, tenaga untuk merujuk juga terbatas.Â
Pertanyaan yang paling penting adalah, apakah tanpa adanya infeksi Covid-19, pasien-pasien ini tetap akan berada dalam kondisi perburukan? Ataukah perburukan kondisi penyakit kronis ini semata-mata karena Covid-19?
Saya pribadi menilai faktor comorbidlah yang lebih dominan, terutama usia di atas 70 tahun. Serangan jantung dan ada penyakit pernafasan kronis.
Kalau pasien memiliki ketiga faktor risiko ini maka angka kegawatannya lebih tinggi.Â
Virus Covid-19 mungkin sebagai pemicu tetapi mungkin saja kebetulan terdeteksi saat "screening" di IGD tanpa mempererat gejala.Â
Intinya, bagi teman-teman yang memiliki faktor risiko comorbid penyakit jantung, pernafasan dan berusia 70 tahunan, konsentrasilah terhadap penyakit lama Anda terlebih dahulu sebaik-baiknya, sebab lebih berisiko kematian sembari tetap menjalankan 5M mencegah Covid-19.