Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Ada Juga Kompasianer Senior yang Tidak Kenal Profesor Sapardi Djoko Damono

20 Juli 2020   23:41 Diperbarui: 20 Juli 2020   23:41 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Besama Eyang di K'val 2018 (dok.pri.)

Rasanya tidak puas hati ini kalau tidak bergabung dengan 113 tulisan yang mengenang Profesor Sapardi Djoko Damono (SDD) , seorang pujangga besar masa milenial yang berpulang kemarin karena faktor usia lanjut 80 tahun.

Nama besarnya karena karya-karya puisinya yang sangat meresap di hati, membuat hati ini sedikit teriris nyeri karena tetap ada kenangan sekilas bertemu beliau untuk pertama dan terakhir di Kompasianival 8 Desember 2018 lalu. Bukunya saya beli dua dan puisinya kunikmati walau setengahnya tidak mengerti.

Sebagai pencinta fiksi, drama, komedi dan lain sebagainya, pencapaian SDD di bidang keilmuan dan karya sastra ternilai sangat mengagumkan. Jarang ada sastrawan bergelar profesor dan jarang profesor yang dianggap sastrawan berkelas, ketika beliau berhasil memadukan pencapaian tertinggi keilmuannya dengan pengakuan karya yang sama juga dianggap maha gurunya, maka kesemuanya itu tidak pernah lagi akan dipandang dengan sederhana.

Makanya jangan heran kalau di Kompasianival 2018 lalu aku terheran-heran ada dua Kompasianer Senior bertanya saat Profesor SDD sedang memberikan materinya, "Itu siapa pembicaranya, Dok?"

"Sapardi Djoko Damono, sastrawan..Profesor.."Jawabku.

"Kok saya tidak pernah dengar?"Kata Kompasianer senior kedua. Senior ini maksudnya duluan bergabung di Kompasiana dan duluan lahir, bukan maksudnya kepangkatan di "K".

"Itu, yang mengarang puisi "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...." Lalu aku bacakan puisinya dengan mendayu-dayu.

Dan serius, keduanya bengong, geleng-geleng kepala sama sekali tidak tahu. Kalau dianggap mereka main-main pura-pura tidak mengenal untuk mempermainkan saya, sepertinya tidak mungkin, keduanya bukan aktor dan ngapain juga bersikap seperti itu toh kami hanya ketemu setahun sekali di Kompasianival?

Intinya, tidak semua penulis di Kompasiana suka puisi dan tidak semuanya kenal Sapardi, jadi ada kebahagiaan tersendiri mengenal Eyang SDD, menikmati gurih romantisme puisi-puisinya, pernah melihatnya bicara di Kompasianival dan berfoto bersamanya walau hanya sekali, sudah sangat berarti.

Sumber: dokumentasi KOMPAL
Sumber: dokumentasi KOMPAL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun