Sebuah perusahaan penerbangan dalam iklannya menyatakan penumpang yang terbang menggunakan maskapai itu harus membawa hasil tes PCR (polymerase chain reaction)Â virus corona yang negatif.Â
Bak gayung bersambut, beberapa rumah sakit ternama langsung menyediakan pelayanan pemeriksaan swab PCRÂ yang diambil dari mulut atau hidung, yang diambil langsung dari dalam mobil (pasien tidak perlu masuk rumah sakit) tetapi sudah membayar sebelumnya dan memberi data sebelumnya. Hasil laboratorium diemail atau dikirim via media sosial si pasien.
Harga pemeriksaan PCR pun ada yang versi cepat di kisaran 6-7 juta, 24 jam, ada yang 3 hari atau lebih 5 hari dengan harga lebih murah tentunya.Â
Bahkan pemeriksaan PCR dari laboratorium pemerintahpun ada pula harganya, padahal seharusnya gratis, mungkin biaya yang diambil ini karena prioritas di laboratorium pemerintah di masing-masing kota besar sebenarnya untuk yang PDP dan ODP, bukan untuk yang mau kepepet terbang.
Di satu sisi ini sangat membantu, karena ada sedikit ketenangan di hati semua penumpang kalau sekiranya semua yang ada di pesawat berhasil PCR negatif. Tetapi di sisi lain akan sangat banyak pertanyaan yang mengganggu, misalnya:
- Standar pemeriksaan PCR covid 19 yang selama ini ada, adalah dari laboratorium resmi pemerintah. Laboratorium swasta yang mengadakan pemeriksaan ini apakah sudah terverifikasi keakuratan pemeriksaannya?
- Apa pula bedanya pemeriksaan 1, 3 atau lebih 5 hari. Beda alatkah? Beda "reagent" kah? Atau beda pula jenis virusnya, misalnya yang 7 juta virusnya yang gemuk, lalu yang 2 juta virusnya yang kurus?
- Apakah mungkin, ada orang 'kepepet" sekali mau terbang 1 jam lagi dan tanpa diperiksa, "kongkalikong" membeli atau memalsukan surat "Covid 19" negatif seharga 10 juta, misalnya?
- Ini yang penting, karena Covid-19 ini kabarnya terus bermutasi menjadi beberapa serotype A,B,C, apakah pemeriksaan tersebut untuk 1 serotype atau 3?
Pemeriksaan PCR sendiri merupakan pemeriksaan canggih yang dirintis Kary Mullis tahun 1983, dimana dia memperbanyak DNA suatu organisme dalam proses yang rumit dan kemudian DNA si organisme atau molekul itu dapat dikenali dengan baik.Â
Sebagai ilustrasi, PCR ini bak mengenali penjahat atau terorisnya langsung, sementara pemeriksaan "rapid test" covid 19 yang diambil dari darah, itu seperti melihat adanya banyak polisi antiteror di sekitar sebuah rumah, yang menandakan adanya antibodi terhadap virus. Maka pemeriksaan PCR lebih dipercaya dari pada rapid test.
Mudah-mudahan, semua tes swasta Covid-19 yang mulai menjamur dengan harga fantastis ini benar-benar akurat pelaksanaannya dan dapat memberi kepastian bagi banyak orang yang sanggup membayarnya tentang bebas atau tidaknya mereka dari virus ini.Â
Mungkin saja nanti status sosial masyarakat kita akan sangat ditentukan dengan pemeriksaan ini. Misalnya seorang sosialita akan dengan bangganya menunjukkan di media sosial bahwa dia sudah 10 kali cek PCR covid 19 yang 7 juta dalam sebulan dan sosialita lainnya dengan minder bilang dia cuma pernah tes 1x.
Tetapi di samping itu semua, sebenarnya budaya bersih, budaya waspada kuman atau virus dan budaya menjaga pola hidup sehat tetaplah dipelihara karena virus ini mungkin hilang.
Atau sangat minimal di bulan September nanti tetapi 4-5 tahun berselang biasanya akan ada mutasi-mutasi virus influenza baru dengan keganasan yang berbeda-beda yang akan tetap memakan korban orang-orang yang rentan terhadapnya.Â