"Sudah 72 negara terinfeksi, Mr. Z. Apa kita sudah bisa lepas antivirus dan vaksin virusnya?" Tanya Mr. X, kepala penelitian dan pengembangan obat perusahaan besar dunia yang bergerak multisektoral, dari keuangan, senjata, tentara bayaran, farmasi, konstruksi, tekstil, otomotif, pesawat, telekomunikasi, perhotelan sampai mesin parut kelapapun mereka produksi.
"No, Mr. X, virus corola yang kita sebar baru membuat panik 7 negara, sedangkan yang lainnya hanya santai-santai saja. Kita perlu kepanikan global 2/3 masyarakat dunia, ada chaos dan ada keputusasaan massal, baru kita lepas vaksinnya seharga 1 gram emas satu dosis dan obatnya 2 gram emas 1 keping. Dan saham perusahaan kita langsung naik, serta saham-saham lainpun ikut naik yang tadinya hancur, lalu kita jual saham mereka dengan harga 3 kali sampai 5 kali lipat saat beli." Mr. Z tertawa terkekeh.
Psikopat itu, baru 47 tahun tetapi sudah memiliki visi yang gila tentang penguasaan dunia. Dia bosan dengan kampanye kedamaian, kampanye humanisme dan kampanye demokrasi serta kesetaraan yang membosankan. Dia gerah dengan tidak adanya lagi perang dingin antara dua blok yang membuat satu kelompok negara maju dapat mendikte semua negara lain dan keadaan adem ayem yang menurutnya membosankan itu membuat populasi dunia menuju 10 milyar.
Dia  pun dengan perusahaan besarnya "The Kolor Ijo" mendisain sebuah proyek bernama "corola", sebuah virus influensa biasa yang ditambahkan asam amino esensial tiga kali lebih banyak untuk lebih mudah menembus jaringan selaput lendir manusia. Setahun mengembangkan virus, setengah tahun membuat obat antinya dan seperempat tahun membuat vaksinnya yang disiapkan untuk 4 milyar suntikan dan obat untuk 2 milyar kasus.
Bayangkan kalau selepas virus itu membuat panik 4 milyar orang yang memaksa negaranya membeli vaksin mereka, Â maka penghasilan perusahaan itu dapat mencapai 4000 ton emas dari vaksin saja.
Belum lagi dari harga saham perusahaan yang naik 3-5 kali lipat serta harga menjual saham-saham yang tadinya turun drastis akibat kepanikan pasar, lalu mereka beli, setelah adanya obat dan vaksin corola, maka otomatis sahamnya naik dan mereka jual lagi dengan harga melonjak.
"Dan akan banyak terjadi "chaos" serta kudeta yang memakan korban akibat ketidakpercayaan masyarakat panik pada pemerintahan yang syah. Dan kita sudah menyiapkan orang-orang kita di setiap negara besar untuk membuat pernyataan-pernyataan yang melawan presiden, perdana menteri atau raja-raja yang menganggap santai virus ini. Beberapa memang agen kita yang sudah dibina dari kecil tetapi ada juga yang kita beli dengan dana segar setahun terakhir. Mereka inilah yang saya juluki "the viral idol"..." Z senyum sumbringah membuat bawahannya X bergidik antara kagum dan ngeri.
Kekuatan media sosial dan "mainstream" perusahaan "The Kolor Ijo" menyebarkan berita-berita menakutkan tentang virus ini dan secara proaktif agen-agennya yang menyusup di rumah sakit negara-negara berpenduduk padat, mencemari usapan mulut hidung serta darah pasien tua yang kasusnya pneumonia oleh bakteri atau TBC biasa dengan tetesan virus corola di laboratorium-laboratorium. Jadi sebenarnya, kasusnya berat karena faktor lain tetapi karena virus corola ada terdeteksi juga, maka ini mahluklah yang dianggap biang keladi utamanya.
"Saya menurut saja, Mr. Z. Saya hanya bawahan. Tetapi sesudah 5 bulan virus itu disebar, sesudah sebagian ada yang panik dan agen-agen kita di tiap negara sudah banyak membuat pernyataan-pernyataan yang menambah bikin resah, tampaknya ada arus yang lebih kencang untuk membuat masyarakat tenang. Kita harus berhitung lagi juga, kalau-kalau wabah ini beberapa waktu ke depan menjadi angin lalu." Mr X harap-harap cemas, karena tuan Z terkadang tidak suka diingatkan.
"Tidak apa-apalah, Kita dapat buat virus baru atau kelompok-kelompok teroris baru atau bencana-bencana alam buatan baru yang membuat resah. Karena prinsipnya saya bukan hanya mencari uang dari kepanikan tetapi saya sangat menyukai wajah-wajah panik. Itu yang terpenting!"
Mr. Z berlalu, Mr. X tertegun, termangu.