Acara Kompasianival 23 November 2019 yang diadakan di One Bellpark Mall, Jakarta Selatan termasuk sukses karena berhasil mendatangkan duo politikus yang sempat kontroversial berseliweran di televisi konvensional maupun media sosial, Tsamara Amany dan Rahayu Saraswati dari dua partai yang sempat berseberangan di pemilu tahun ini.
Keduanya sepakat bahwa mereka berteman dan dalam perdebatan mereka melakukannya sebagai juru bicara partai dengan visi dan misi yang sesuai arahan dari "boss" masing-masing tetapi tidak sampai terbawa perasaan. Selengkapnya dapat dilihat di video berikut.
Tetapi yang namanya Kompasianer dengan segala kehebohannya, serasa punya "previlage" mencecar pertanyaan apa saja dan dimana saja, ada yang melontarkan pertanyaan sensitif tentang pendapat Tsamara terhadap Anis Baswedan yang sebelum menjadi Gubernur pernah menjadi Rektor di Universitas yang dia jadi mahasiswinya.
Moderator Fristian Griec dengan cepat tanggap langsung memotong pertanyaan itu untuk tidak perlu dijawab di forum bebas ini, sebaiknya pertanyaan itu "japri" saja, takut kalau nanti ada salah-salah kata.
Tetapi di pertanyaan lainnya, Tsamara malah menjawab bahwa dia dan Anis Baswedan secara personal baik-baik saja karena pak Gubernur datang ke pesta pernikahannya. Kebijakan politiknya saja yang Tsamara kritik dan itu tugasnya sebagai politikus dan penggiat partai.
Rahayu Saraswati tidak kalah menarik pengakuannya bahwa terkadang dia gemas dengan pihak satu gerbongnya sendiri yang terasa begitu personal menghadapi konstelasi politik yang lalu dan selalu berusaha memediatori kalau ada perselisihan yang sangat berbahaya saat berinteraksi di berbagai acara debat.
"Mbak Tsamara dan Rahayu mungkin sudah berbaikan dan sekarang malah satu tim di pemerintahan, tetapi di RT-RT ini belum selesai, Mbak. Masih banyak sisa-sisa kericuhan politik lalu yang membekas dan belum tersembuhkan. Jadi mohon dipertimbangkan kalau di televisi, jangan terlalu keras berdebatnya."Kata salah satu Kompasianer lain yang agak bijaksana ngomongnya.
Jawaban keduanya tak kalah bijak bahwa perdebatan di politik itu masih belum diterima masyarakat secara dewasa karena demokrasi kita masih muda dan perbedaan itu sebenarnya harus diterima, kalau kita semua sama dan dipaksakan sama maka demokrasi dipastikan sudah mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H