"Kok, Â kamu pakai baju kompasiana?" Tanya saya pada Markus, anak keduaku saat kemarin 3 Mei 2019 kami ke tembok besar China.Â
"Nyaman, pa. Lagipula mama bilang hari ini pakai baju hitam. Â Ini cuma baju hitam yang dapatnya di koper."Katanya santai.Â
Kami berlima liburan, setelah si sulung ujian akhir SMP-nya, kebetulan mamanya anak-anak di bulan 12 lalu mendapat tiket A*r Asi* lagi promosi dari Palembang- Kuala Lumpur-Beijing pulang pergi berlima, harganya kalau dirupiahkan sekitar 16 juta. Anak yang kedua dan ketiga juga dapat minta ijin dari guru-gurunya, maka terjadwallah liburan tahun ini di tanggal 1-7 Mei 2019.
Kalau sudah berfoto berlima diatas, sepertinya sangat-sangat menyenangkan dan bahagia, tetapi harus dijelaskan dahulu bahwa sampai ke "great wall" di Badaling, China itu sangat membutuhkan kegigihan kalau mau pakai paket hemat. Kalau punya uang tidak berseri sih dapat saja ikut paket tur naik helikopter yang seorangnya dihargai 3 juta rupiah pulang-pergi.
Kalau ikut tur, naik bus wisata nyaman yang berpenyejuk ruangan, biayanya sekitar 200-an yuan atau 400-an ribu rupiah seorang. Nah, karena kami mau ikut cara rakyat jelata, maka pertama-tama kami ke stasiun kereta "subway" Dengshiko yang dekat dengan Hotel Sunworld tempat kami menginap dan membeli tiket terusan "yikatong" yang dapat diisi ulang. Oh,ya hotel itu kami pilih, karena memperbolehkan kami satu keluarga hanya satu kamar saja.
Sampai di Huoying, kita sampailah pada bagian terberat perjalanan ini, yaitu antian panjang di stasiun Huangtidian, dimana ribuan wisatawan "paket hemat" berjejalan hanya untuk menunggu giliran memasuki kereta S2 menuju ke Badaling, tempat dimana Tembok Besar China yang paling sering dikunjungi. Kurang lebih 50 menit kami mengantri di stasiun ini.