Periode kedua bagi pertahana lurah, bupati, wali kota, gubernur ataupun presiden adalah keniscayaan, karena di periode pertama mereka sudah meletakkan dasar-dasar pembangunan, jaringan, pertemanan, rekonsiliasi dan rekanan yang sebagian besar sukses. Apalagi di negara yang relatif sudah tertata rapih, maka fokus mereka di periode pertama hanyalah pembenahan, kecuali di daerah atau negara yang sangat kacau balau dengan sumber daya terbatas, maka prioritas pembangunannya yang menentukan keterpilihan mereka selanjutnya.Â
Misalnya kalau prioritasnya "perut lapar" dahulu, maka golongan menengah ke bawah yang senang, kalau prioritasnya memanjakan birokrasi dengan fasilitas dan gaji besar serta kerja santai, maka birokrasi akan mendukung penuh, sebaliknya kalau semua uang habis untuk membuat infrastruktur, maka dunia usaha dan menengah ke atas mungkin senang tetapi birokrasi yang "kering" serta rakyat yang kurang subsidi mungkin "ngambek".
Kutukan periode kedua, adalah mitos terkenal di pemerintahan Amerika Serikat, bahkan telah terjadi sejak jaman Washington, dimana periode kedua setiap presiden yang mampu mencapainya terasa lebih berat, sering terjadi penurunan perekonomian, terjadi penurunan kepuasan rakyat dan tidak jarang terjadi berbagai skandal besar yang membuat ada yang mengundurkan diri atau calon penggantinya dari partai yang sama menjadi kalah di pemilihan presiden berikutnya.Â
Yang paling terkenal adalah presiden Nixon dengan "Watergate Scandal", mengundurkan diri di tahun 1974, padahal periode pertamanya sangat populer dengan mengakhiri perang Vietnam dan peluncuran Apollo 11 ke bulan. Dialah presiden pertama dan terakhir yang mengundurkan diri saat menjabat dan skandal yang menerpanya berhubungan dengan pemilihan umum, maka sebaiknya semua dugaan kecurangan atau kebohongan memang harus diungkapkan atau disidang sebelum presiden dilantik, baik dari pihak yang menang ataupun yang kalah.
Di Indonesia baru presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat dua periode secara demokratis mirip pemilihan di Amerika Serikat yang penyelenggara pemilunya independen (bukan dibawah pemerintah, tetapi hasil pemilihan eksekutif dan legislatif disahkan dengan undang-undang), di periode keduanya menghadapi skandal Bank Century yang cukup mengganggu konsentrasi di pemerintahan.
Beberapa kemungkinan mengapa periode kedua ini menjadi sulit, antara lain:
1. Periode pertama hampir semua ide brilian dari presiden dan tim sukses di belakang layarnya digelontorkan, rakyat puas dan lebih banyak yang memilihnya daripada yang ingin wajah baru atau memilih wajah lama yang sudah lama tidak terpilih-pilih juga.
2. Periode kedua biasanya bersifat "maintenance" atau ada satu dua gebrakan yang bagus, tetapi tidak sebanyak periode pertama, jadi terkesan ada penurunan kinerja dengan harapan masyarakat yang tetap tinggi.
3. Mungkin saja memang kinerja pertahana dan tim suksesnya menurun, karena memang tidak ada periode ketiga untuk dimenangkan atau tidak ada "penerus" yang mau diorbitkan di periode kedua si pertahana.
4. Ini yang sangat mengganggu, mulai banyak godaan dari kanan kiri untuk "kerja sama", itu saya kasih tanda kutip karena biasanya bersifat negatif. Kalau si pertahana tetap fokus pada negara dan rakyat, mungkin segala kongkalikong dia tepiskan, karena memikirkan nasib penerusnya di keluarga (siapa tahu 10-20 tahun ke depan akan terjun ke politik praktis) dan yang satu idealisme dengannya (partai, relawannya), tetapi kalau dia khilaf dapat saja mulai "main mata" dan kalau itu terbaca media sosial maka akan menjadi bulan-bulananlah dia.