Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Saya Hanya Ingin Perjalanan Hidup Saya "Selempeng" Perjalanan Hidup Jokowi

13 April 2019   23:48 Diperbarui: 14 April 2019   00:26 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi KOMPAL

Mengenal nama Jokowi pertama kali, saya dengar di Kompasianival pertama, 10 Desember 2011 di FX Sudirman, Jakarta. Saat itu sudah ada kasak-kusuk PILKADA DKI 2012 dan di Kompasiana ternyata banyak penulis kanal politik atau wartawan politik atau memang simpatisan partai politik yang tampaknya bersepakat Jokowi itu layak "diangkat" karir politiknya ke tingkat lebih tinggi, karena "saat itu" dianggap berprestasi oleh banyak kompasianer. Nama Ahok juga cukup terdengar karena rencananya beliau mau maju di jalur independent saat itu.

Saya yang tadinya di awal masuk Kompasiana hanya berkutat di tulisan cerpen, humor, puisi dan kesehatan, tertarik ikut "nimbrung" membahas PILKADA DKI 2012 dan salah satu tulisan saya malah "headline" yaitu "postingan" ini. Padahal saya bukan warga DKI, namun ikut-ikutan, karena di Kompasiana, kabarnya banyak dibaca orang Jakarta saat itu (saat ini juga, dong, ah...). 

Ada kepuasan tersendiri ketika Jokowi-Ahok menang, serasa ikut berjuang padahal di PILKADA propinsi dan kotamadya sendiri aku sebenarnya cuek. Yang menarik, saat saya sadari, Jokowi berkampanye dengan dana kebanyakan dari para sponsor, karena memang terkesan dia ke Jakarta "diminta" atau "dipinang" dan bukannya sungkem minta dukungan dahulu.

Sebelumnya, saya pun mendengar, beliau di Solo tahun 2005, diajak oleh FX Rudi mengikuti pilkada, juga karena PDIP belum menemukan calon yang pas dari partainya sendiri dan mendengar Jokowi sudah keliling ke partai lain, namun tidak mendapat posisi akibat semua partai lain ada calon internal.

Belum selesai "euforia" kemenangan Jokowi-Ahok di Jakarta yang dilanjutkan gebrakan mereka dalam menata ibu kota yang "heboh" dan sering diulas media, tiba-tiba Kompasiana yang masih ada Kang Pepih Nugraha-nya menerbitkan buku "Jokowi (Bukan) Untuk Presiden" pada bulan September 2013 hasil penulisan 40 Kompasianer tentang Jokowi yang dibukukan, selengkapnya dilihat disini.

sumber: Kompasiana.com
sumber: Kompasiana.com
Di akhir tahun 2013 itu, berbagai lembaga survey melaporkan nama Jokowi sangat diunggulkan untuk menjadi presiden di tahun 2014, tetapi partai-partai yang "mapan" sudah memiliki jagoannya masing-masing. Jokowi-pun kalau ditanya soal survey tersebut mengaku masih fokus membenahi Jakarta dan tidak menunjukkan ambisi mau "lompat pagar".

Namun apa daya, pileg 2014 yang dimenangkan oleh PDIP membuat "pusing" banyak elite politik di negeri ini, karena survey-survey tetap menjagokan Jokowi sebagai presiden. Apakah survey itu dibayar Jokowi? Tidak ada yang dapat membuktikannya, malah dia memang nyata-nyata terpilih saat pilpres 2014, berarti surveynya sesuai kenyataan.

Walau hidup sederhana semasa kecil dan sekolah di Solo, kuliah di UGM, lalu kembali ke Solo menjadi pengusaha meubel, menjadi walikota,berlanjut gubernur, sampai akhirnya menjadi presiden semua terjadi seperti mengalir begitu saja dan banyak dana kampanye sebenarnya berasal dari orang lain. Jokowi tidak pernah bermasalah di pekerjaannya, malah banyak prestasi dicapainya.

Urusan keluarga, maka Jokowi punya istri yang ideal, anaknya 3 dan sudah punya cucu yang lucu pula, semua terlihat sangat "lempeng", sederhana tidak banyak gejolak ataupun prahara yang membuat berita-berita negatif yang meresahkan masyarakat.

Jadi, awal saya menjadi suka dan ikut-ikutan mempromosikan Jokowi sebenarnya karena saya bergabung di Kompasiana, tertarik dan akhirnya ingin dia terpilih entah dimana saja dia mengabdi. Tetapi tahun ini, saya sebenarnya ingin memilih dia karena alasan yang lebih personal, lebih manusiawi, saya ingin perjalanan hidup saya dalam karir, berkeluarga, berteman dan berinteraksi sosial mendekati Jokowi yang "lempeng banget, dah". Saya tidak suka yang rumit-rumit dan penuh liku-liku romantika kehidupan.

Intinya, saya memilih Jokowi saat ini karena ingin "ketularan" nasib baiknya yang hanya dalam 9 tahun dapat menjadi presiden dari "hanya" wali kota dan ingin "tertular" kehidupan berkeluarganya yang sangat-sangat adem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun