Ketika melaporkan harta kekayaan penyelenggara negara di Agustus 2018, tercatat harta benda Joko Widodo, atau Jokowi "hanya" di kisaran 30 milyar rupiah saja, selengkapnya dapat dibaca di sini.Â
Penghasilan yang hanya naik beberapa milyar sejak dia tercatat menjadi presiden republik Indonesia, merupakan anomali tersendiri, mengingat anak-anaknya serta menantunyapun tidak punya bisnis dan usaha yang bekerja sama atau kasarnya "menyusu" dari APBN atau APBD secara langsung. Apakah benar beliau selama ini hanya mendapat gaji dan operasional "tokh"? Hanya Tuhan yang tahu.
Lalu bagaimanakah Jokowi-Ma'ruf berkampanye? Ternyata sebagian besar dari sumbangan orang lain dan bukan dana pribadi seperti dilansir disini . Berbeda dengan tahun 2014 ketika ada semacam dompet sumbangan untuk relawan, yang saya pun menyumbang 300 ribu, maka tampaknya di periode kedua ini Jokowi tidak mau terlalu memberatkan rakyat, cukuplah tim sukses mencari cara bagaimana "modal" kampanye yang tidak perlu bermewah-mewah namun "nendang".
Ini adalah fenomena yang menarik bagi para pengusaha muda di Indonesia yang punya tabungan di kisaran yang sama, 30-an sampai 100 milyar, mungkin ada seribuan orang di berbagai kota besar yang punya demikian, atau malah peternak dan petani yang punya tabungan 200-an milyar dan setengah dari hartanya mau dipakai buat kampanye menjadi walikota, gubernur, anggota dewan ataupun presiden. Bila niatnya baik, usahanya baik, mudah-mudahan hasilnya jadi.
Kalau pekerjaan kita dan perjuangan kita direstui rakyat, maka dukungan tidak harus dibeli dengan berkardus-kardus duit, cukup dengan karya nyata.
Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H