Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jokowi Minta Maaf Soal "Propaganda Rusia" Selepas Pemilu Saja

6 Februari 2019   23:26 Diperbarui: 6 Februari 2019   23:36 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dapat ide menulis ini sedari siang tadi, tetapi ketiduran karena capek kerja. Terus bangun tidur ada acara lagi yang membuat baru sempat menulis lagi minimal 150 kata dengan ada kata Jokowi-nya di judul.

"Browsing" di internet ternyata Kedutaan Besar Rusia, melalui atase persnya Denis Tetiushin tidak meminta permintaan maaf kepada presiden Jokowi atas terminologi "propaganda Rusia" yang dipakai beliau saat pidato, seperti dirangkum disini . Kedutaan hanya tidak mau nama Rusia dipakai dalam konstelasi perpolitikan di Indonesia menjelang pilpres.

Nah, tadinya, kalau tidak ada penyataan itu, Jokowi mungkin saja meminta maaf menyakiti hati Rusia, tetapi jangan sekarang, karena pasti meminta maaf yang berarti mengaku salah itu akan "dipakai" buat diutak-atik di media  sosial.

Sebenarnya keinginan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Goegievna Verobieva  itu cukup masuk akal, terminologi tersebut pernah dipakai di pemilu Amerika Serikat yang terakhir dan terkesan menyudutkan Rusia dan sampai saat inipun terus dijadikan isu politik untuk menyerang Trump.

Dengan wanti-wanti tersebut, maka tim sukses Jokowi pun berjanji tidak ada memakai istiah "propaganda Rusia" lagi, tetapi mungkin "propaganda you know who-lah" atau "propaganda Vodka" atau "propaganda KGB" yang penting jangan sebut nama Rusianya. Tetapi apa benar, sih timses seberang menyewa konsultan politik dari negeri yang demokrasinya belum sebagus Indonesia?

Kalau ada, surat ijin kerjanya harus diteliti, tuh. Jangan-jangan si "bule"-nya yang ternyata konsultan politik itu ijin ke Indonesia cuma buat wisata, tetapi jadi konsultan politik, harus dideportasi,kan? Ijin bisnis atau jasa seharusnya beda dengan cuma visitor.

Jadi, kalau toh si bule ada dan ijin kerjanya memang konsultan politik, mungkin sesudah pilpres, boleh minta maaf ke si bule, apalagi kalau dia masih di Indonesia bulan Juni saat lebaran, jadi maafnya karena Idul Fitri. Kalau si bule ternyata ijinnya wisata dan ternyata kerja konsultan politik, silahkan dideportasi, mohon maafnya ya saat itu juga. Tetapi kalau bulenya tidak ada dan hanya propagandanya saja yang dipakai, maka boleh minta maaf, karena sudah memakai terminologi tersebut tanpa ada bule dari Rus*a-nya.

Yang penting, mulai sekarang tim sukses Jokowi berhati-hati mencari istilah-istilah yang dapat "digoreng" lawan. Dianggap menyebarkan "hoax" bukankah tidak enak didengar dan dapat membuat "swing voter" berpikir ulang lagi. Walaupun saya rasa isu ini tidak mungkin dijadikan alasan demonstrasi di Monas sampai 3 jilid. Dananya sayang, kan? Mendingan buat kampanye caleg.

Sumber: KOMPAL
Sumber: KOMPAL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun