Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membandingkan Dokter dan Juru Parkir Jangan Hanya di Gaji, Tetapi Juga Peluang Kariernya

15 Januari 2019   19:49 Diperbarui: 15 Januari 2019   20:02 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membandingkan gaji dokter dan tukang parkir sebenarnya pernah heboh di tahun 2014, saat pertama kali BPJS Kesehatan diterapkan dan dokter keluarga "kabarnya" dibayar kapitasinya per pasien 10.000 perbulan. Gaji dokter umum PNS saat itu sekitar 3 jutaan, sementara disaat yang sama Gubernur DKI Jakarta saat Itu Basuki TP mau menjadikan preman penjaga parkir liar di jalanan Jakarta sebagai petugas parkir resmi dengan mesin dan gajinya 4,8 juta.

Apakah kehebohan membahas "jemplangnya" gaji kedua profesi yang sama-sama pelayan masyarakat ini, membuat lima tahun terakhir ini banyak anak sekolahan bercita-cita masa depannya menjadi juru parkir dan muncul fakultas kejuruparkiran? Setahu saya tidak. Anak-anak sekolah sekarang malah terobsesi menjadi penggiat media sosial, jualan on-line, "gamer" profesional ataupun artis "youtube".

Atau adakah lima tahun ini banyak dokter pemula lengkap dengan jas putihnya alih profesi jadi tukang parkir? Saya belum mendengar, kalau dokter baru tamat menjadi ojek atau taksi aplikasi "online" sih ada, tetapi biasanya pekerjaan sambilan.

Jadi, kalau isu yang mirip dipakai untuk menggambarkan kegagalan pemerintahan masa ini,  sebenarnya itu sudah diungkap oleh para dokter yang prihatin dengan penggajian tenaga medis di penghujung masa pemerintahan yang lalu. Hasilnya? Yang 2014 dahulu protes itupun sebagian besar saat ini tetap menjadi dokter, ada yang sudah spesialis dan tetap tidak berminat menjadikan anak-anaknya tukang parkir.

Karena jenjang karir seorang dokter itu dapat meningkat dari dokter umum level pemula, lalu senior, sekolah manajemen atau spesialis lalu berlanjut doktor atau konsultan dengan pendapatan relatif meningkat. 

Sementara itu jenjang karir tukang parkir jalanan hampir selamanya tetap di tempat, kecuali mereka diangkat jadi ketuanya dan itu harus melalui perjuangan yang keras. Makanya Gubernur DKI saat itu menghargai mereka setara dua kali upah minimum regional Jakarta.

Jadi, isu gaji dokter dan tukang parkir yang sebagian tidak berimbang sudah ada sejak awal 2014, akhir periode pemerintahan sebelum ini dan tahun 2019 ini ketika isu yang sama dilontarkan seorang tokoh politik, ternyata dokter-dokter yang 2014 lalu merasa iri sama tukang parkir jalanan, belum ada satupun yang beralih profesi menjadi juru parkir, malah mulai mapan di pekerjaannya masing-masing di bidang medis.

Dari FB kompal
Dari FB kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun